Kampus Australia Abadikan Nama Gembong Bali 9 untuk Beasiswa
Sabtu, 2 Mei 2015 - 11:28 WIB
Sumber :
- REUTERS/Murdani Usman/Files
VIVA.co.id
- Publik di Australia tunjukkan reaksi beragam atas eksekusi mati dua warga mereka, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, beberapa hari lalu di Indonesia. Usai foto Presiden Joko Widodo diturunkan di Galeri Nasional Foto (NPG) karena khawatir akan dirusak oleh pengunjung, kini suatu universitas di Australia berencana mengabadikan nama Chan dan Sukumaran untuk suatu program beasiswa.
Harian Australia,
The Age
, Jumat, 1 Mei 2015 melansir, kedua beasiswa itu diperuntukkan khusus bagi mahasiwa Indonesia yang ingin menuntut ilmu di kampus mereka. Beasiswa mencakup keseluruhan biaya kuliah bagi calon mahasiswa yang ingin menuntut ilmu selama 4 tahun.
Baca Juga :
Jaksa Agung Belum Pikirkan Eksekusi Tahap 3
"Kendati permohonan kami ditolak, kami tetap yakin ada masih ada harapan bagi terpidana di seluruh dunia yang menghadapi situasi serupa," imbuh Craven dan dikutip laman
Dailymail
.
Menurut Craven, hukuman mati merupakan sebuah tindak kekerasan, kejam dan tidak berperikemanusiaan.
"Paling tidak dengan adanya memori mengenai Chan dan Sukumaran, masing-masing dari kita bisa mengakhiri hukuman tersebut," ujarnya.
Langkah Tak Biasa
Menanggapi kebijakan kampus tersebut, Perdana Menteri Tony Abbott berpendapat apa yang mereka lakukan merupakan sesuatu yang tak biasa. Pesan yang coba dikirimkan oleh universitas, ujar Abbott, benar-benar aneh.
"Saya benar-benar menyesalkan apa yang terjadi pada pekan ini, karena meninggalkan bayangan yang dalam terhadap hubungan baik kedua negara. Jika saya bisa mengatakan demikian, ini merupakan langkah aneh yang ditempuh oleh sebuah universitas," kata Abbott kepada stasion radio 2GB.
Dia mengaku tidak memahami mengapa universitas tersebut melakukan tindakan demikian. Terlebih, sebagai institusi pendidikan, mereka seharusnya membela nilai-nilai terbaik.
"Saya tahu sebagian dari nilai-nilai Kristiani adalah pemaafan, tetapi bagian lain dari keyakinan tersebut yaitu menyerukan publik untuk menjadi diri mereka yang terbaik," kata pemimpin Partai Liberal tersebut.
Pemikiran serupa juga diungkap oleh pengamat hubungan kedua negara, Ross Taylor. Sebab, dalam perspektif warga Indonesia eksekusi terhadap dua gembong narkoba itu dipandang dengan cara yang berbeda dengan apa yang ditulis di Negeri Kanguru.
"Saya pikir konsep yang kini tengah bergulir di Indonesia dan tawaran beasiswa semacam ini di Indonesia -- menggunakan nama dua penyelundup narkoba yang kemudian dieksekusi -- menurut saya benar-benar aneh," kata Taylor seperti dikutip stasiun berita
ABC
. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Kendati permohonan kami ditolak, kami tetap yakin ada masih ada harapan bagi terpidana di seluruh dunia yang menghadapi situasi serupa," imbuh Craven dan dikutip laman