Kaisar Jepang Datang ke Lokasi Pertempuran PD II

Kaisar Jepang Akihito dan Permaisuri Michiko.
Sumber :
  • REUTERS/Issei Kato
VIVA.co.id
- Kaisar Jepang Akihito berangkat menuju negara kepulauan, Palau, Rabu, 8 April 2015. Akihito akan mengunjungi lokasi pertempuran pada Perang Dunia II, dalam upayanya meredakan luka konflik yang menghantui Asia selama 70 tahun terakhir.


Dilansir dari
Reuters
, sedikitnya 10.000 pasukan Jepang bertempur di bawah kekuasaan ayah Akihito, Kaisar Hirohito, tewas dalam dua bulan pertempuran di Pulau Peleliu yang menjadi bagian dari Palau, pada 1944.

Peningkatan Suara Dharma-Kun di Pilkada Jakarta Picu Ketidakpastian Satu Putaran, Menurut Pengamat

Sebanyak 1.600 tentara Amerika Serikat (AS) juga tewas dalam pertempuran. Tidak mengetahui Jepang telah menyerah pada 15 Agustus 1945, sebanyak 34 tentara Jepang bersembunyi di hutan pulau itu, hingga April 1947.
Indikator Politik: Quick Count Sementara Bobby Nasution Unggul 62.64%, Edy-Hasan 37.36%


Hasto PDIP Sebut Ada Upaya Pilgub Jakarta Dibuat 2 Putaran
Mantan anggota kabinet Perdana Menteri Shinzo Abe, Yoshitaka Shindo, mengatakan, dengan mengunjungi lokasi pertempuran itu, serta berdoa bagi mereka yang tewas dalam pertempuran, Akihito tidak berusaha memuliakan pertempuran.


Dikatakan Shindo, tanpa para prajurit yang tewas ketika itu, maka Jepang tidak akan ada saat ini. "Jadi, kami tidak boleh melupakan leluhur," kata Shindo, yang kakeknya menjadi pemimpin dalam pertempuran Iwo Jima.


Selain memperingati pasukan Jepang yang tewas, Akihito juga telah membantu rekonsiliasi dengan bekas musuh-musuh Jepang. Pada 1992, dia menjadi kaisar pertama Jepang yang berkunjung ke Tiongkok.


Akihito dan istrinya, Michiko, juga berkunjung ke wilayah Amerika Serikat (AS) di Saipan pada 2004, untuk memperingati 60 tahun pertempuran pada 1944.


Kaisar Jepang yang telah berusia 81 tahun itu, berkali-kali menyerukan agar orang Jepang tidak melupakan derita akibat perang, yang meredakan ketegangan ketika Shinzo Abe tampak tidak menyesali masa lalu Jepang.


"Dia (Akihito) telah mengatakan Jepang perlu berkaca pada sejarah mereka, termasuk bagian kelam," kata Kenneth Ruoff dari Universitas Portland, penulis buku "Kaisar Rakyat: Demokrasi dan Monarki Jepang, 1945-1995." (art)

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya