ISIS Serang Kamp Pengungsi Palestina, PBB Minta Akses
Selasa, 7 April 2015 - 10:26 WIB
Sumber :
- BBC
VIVA.co.id
- Dewan Keamanan (DK) PBB telah meminta akses masuk ke kamp Yarmouk di Damaskus, Suriah, di mana terdapat 18.000 pengungsi Palestina yang diserang kelompok militan ISIS.
Seorang pejabat PBB yang dikutip
BBC
, Selasa, 7 April 2015, mengatakan situasi memburuk sejak 1 April, ketika ISIS mulai melakukan serangan, dengan milisi Palestina kini berusaha menahan serbuan ISIS.
Duta Besar Yordania Dina Kawar, yang kini menjabat sebagai ketua DK PBB beranggotakan 15 negara, menyerukan perlindungan bagi warga sipil, akses kemanusiaan dan bantuan untuk menyelamatkan nyawa.
Pierre Krahenbuhl dari badan kemanusiaan Palestina Unrwa, dalam laporannya ke DK PBB menyebut situasi menjadi semakin buruk dari sebelumnya. Wakil Palestina di PBB, Riyad Mansour, mengatakan menyelamatkan pengungsi adalah prioritasnya.
Dia meminta pada negara-negara anggota PBB, untuk merelokasi pengungsi Palestina ke wilayah lain di Suriah atau negara lain. Beberapa laporan menyebut ISIS kini menguasai hampir 90 persen wilayah Yarmouk.
Mereka akan mendiskusikan koridor kemanusiaan dengan pemerintah Suriah dan faksi-faksi Palestina di kamp pengungsi Yarmouk. Pejabat Unwra, Chris Gunnes, menegaskan situasi tidak manusiawi di dalam kamp.
"Tidak ada makanan, tidak ada air dan sangat sedikit obat. Orang-orang bersembunyi di dalam rumah, terjadi pertempuran di jalan-jalan. Ini harus dihentikan dan warga sipil harus dievakuasi," kata Gunnes.
Organisasi pengawas HAM Suriah mengatakan, ISIS dan Front al-Nusra yang merupakan afiliasi Al-Qaeda, bekerjasama dalam melakukan serangan di Yarmouk, yang telah menjadi lokasi pengungsi Palestina sejak perang Arab-Israel 1948.
Sebelum pecahnya perang sipil di Suriah, terdapat lebih dari 150.000 pengungsi Palestina di Yarmouk.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Mereka akan mendiskusikan koridor kemanusiaan dengan pemerintah Suriah dan faksi-faksi Palestina di kamp pengungsi Yarmouk. Pejabat Unwra, Chris Gunnes, menegaskan situasi tidak manusiawi di dalam kamp.