Eropa dan Asia Berlomba Jadi Pusat Perdagangan Berbasis Yuan
Senin, 6 April 2015 - 13:13 WIB
Sumber :
- Xinhua
VIVA.co.id
- Korea Selatan (Korsel) telah memutuskan bergabung dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB), yang dimotori China sebagai pendiri dan akan menjadi ancaman bagi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB).
Dilansir dari Chosun Ilbo , Senin, 6 April 2015, AIIB akan menjadi sumber kapital bagi proyek-proyek infrastruktur di Asia, dengan total dana investasi awal yang akan mencapai $100 miliar atau hampir Rp1.300 triliun.
Baca Juga :
Bank Infrastruktur Asia Resmi Beroperasi
Baca Juga :
Australia Pemegang Saham Terbesar ke-6 AIIB
Dilansir dari Chosun Ilbo , Senin, 6 April 2015, AIIB akan menjadi sumber kapital bagi proyek-proyek infrastruktur di Asia, dengan total dana investasi awal yang akan mencapai $100 miliar atau hampir Rp1.300 triliun.
Lebih dari 20 negara, termasuk negara-negara maju di Eropa seperti Inggris, Jerman dan Prancis, telah bergabung sekalipun Amerika Serikat (AS) telah meminta para sekutunya menghindar dari AIIB.
Posisi AIIB sebagai rival bagi institusi keuangan dunia lainnya yang didukung AS, dipastikan bakal mendorong pengaruh global mata uang yuan dalam perdagangan dunia.
Chosun Ilbo dalam laporannya, menyebut belajar dari Bank Dunia dan ADB, negara-negara pendirinya menggunakan kapital mereka untuk memperluas akses ke pasar-pasar dunia.
"Ekonomi AS tumbuh sangat cepat setelah Perang Dunia II, berkat dominasi mereka atas keuangan global," tulis Chosun Ilbo. Saat AIIB resmi beroperasi, yuan diyakini akan berdampak besar pada perekonomian dunia.
China telah mulai menentukan arah global untuk mata uangnya pada 2009. Yuan mulai digunakan bagi kepentingan yang luas, dari perdagangan hingga pembelian saham dan obligasi.
Hong Kong, Inggris, Prancis dan Swiss telah memulai persaingan untuk menjadi pusat perdagangan berbasis yuan. "Negara-negara Eropa bergabung dengan AIIB bukan karena kemauan, tapi tujuan yang sudah direncanakan bertahun-tahun," tulis Chosun Ilbo.
Media Korsel itu memperingatkan Seoul untuk segera bergabung dengan AIIB, sekalipun AS tidak menginginkannya. Terutama mengingat China merupakan mitra dagang utama Korsel saat ini.
Korsel memang telah mengoperasikan pasar berbasis yuan, akhir 2014, namun dinilai jauh terlambat dari negara-negara lain. Apalagi regulasi pemerintah masih membatasi penggunaan yuan.
Korsel adalah negara pertama yang membuat perjanjian perdagangan bebas dengan China, tapi belum bergabung dengan AIIB. Sehingga Korsel dikhawatirkan tidak dapat mengambil keuntungan, saat yuan semakin mendominasi dunia.
![vivamore="
Baca Juga
:"]
[/vivamore]
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Lebih dari 20 negara, termasuk negara-negara maju di Eropa seperti Inggris, Jerman dan Prancis, telah bergabung sekalipun Amerika Serikat (AS) telah meminta para sekutunya menghindar dari AIIB.