Kritik Suku Aborigin, PM Abbott Dikecam
- REUTERS/Andrew Meares/Pool/Files
VIVA.co.id - Kaum Aborigin dibuat geram oleh pernyataan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott. Sebab, pemimpin Partai Liberal itu menyebut warga pribumi itu sengaja memilih untuk mengasingkan diri dan tidak tinggal menyatu dengan masyarakat pada umumnya.
BBC edisi Rabu, 11 Maret 2015, melansir, pernyataan itu dilontarkannya ketika tengah berkunjung ke Kalgoorlie, Australia Barat. Saat diwawancarai stasiun radio ABC, Abbott mengaku setuju dengan langkah Gubernur Australia Barat, Colin Barnett yang menutup separuh dari 274 komunitas Aborigin, jika biaya yang diperlukan untuk melayani mereka justru jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya.
"Yang tidak bisa kami lakukan ialah memberi subsidi secara terus-menerus pada pilihan gaya hidup di mana gaya hidup tersebut tidak kondusif dengan partisipasi penuh terhadap masyarakat Australia," ungkap Abbott.
Gaya hidup yang dirujuk Abbott yakni keberadaan warga pribumi Aborigin di pelosok-pelosok Negeri Kanguru.
Dia mengatakan, jika warga Aborigin memilih untuk hidup bermil-mil jauhnya dari sekolah, tidak mengakses sekolah dan bermukim di tempat tidak ada pekerjaan, jelas hal tersebut akan sulit diatasi.
Dia mempersilakan jika warga Aborigin ingin hidup di tempat terpencil. "Namun, ada batas apa yang bisa Anda harapkan dari negara jika Anda tetap hidup di sana," imbuh dia.
Mendengar komentar itu, Komisaris Keadilan Sosial Komunitas Aborigin (ATSI), Mick Gooda mengecamnya. Dia menganggap pilihan kata-kata Abbott sungguh buruk.
Dia menambahkan, komunitas Aborigin paham dengan pendanaan untuk mereka yang hidup di kawasan terpencil. Tetapi, alih-alih menyinggung, mereka lebih suka diajak untuk berdialog bagaimana memecahkan masalah tersebut.
Kritik juga datang dari kelompok oposisi. Juru bicara urusan pribumi Partai Buruh, Shayne Neumann, mengatakan, perkataan Abbott memalukan.
"Intinya, dia mengatakan bahwa orang-orang Aborigin dan penduduk Selat Torres harus diusir dari tanah yang mereka tinggali selama 1.000 tahun terakhir," tutur Neumann.
Komunitas Aborigin di Australia berjumlah sekitar 2,5 persen dari total populasi 24 juta orang. Namun, mereka kerap mengalami diskriminasi selama beberapa generasi. Akibatnya pencapaian kaum Aborigin di beberapa bidang seperti kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan, tidak setara. (art)
![vivamore="Baca Juga :"]