Putin: Kecil Kemungkinan Rusia Berperang dengan Ukraina
Selasa, 24 Februari 2015 - 16:38 WIB
Sumber :
- REUTERS/Sergei Karpukhin
VIVA.co.id -
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan, kecil kemungkinan Rusia akan melakukan perang terbuka dengan negara tetangganya, Ukraina. Menurut mantan anggota badan intelijen, KGB, itu, dia lebih mendukung agar kesepakatan damai di Minsk, Belarusia, yang disepakati pada akhir pekan lalu agar segera diterapkan.
Hal itu, ujar Putin, untuk mempercepat stabilitasi wilayah timur Ukraina. Putin menyampaikan itu ketika diwawancarai secara khusus oleh stasiun televisi Rusia dan dikuti oleh
BBC
, Selasa, 24 Februari 2015.
"Saya kira skenario fiktif semacam itu tidak akan terjadi dan saya berharap tidak akan pernah terealisasi," ujar Putin.
Dia menyebut, jika kesepakatan damai Minsk ditepati, wilayah timur Ukraina perlahan-lahan akan menjadi stabil dan kembali damai. Eropa, ujar Putin, sama seperti Rusia, tertarik untuk mendukung perdamaian di wilayah tersebut.
"Tidak ada satu pun orang yang menginginkan konflik di pinggir Benua Eropa, khususnya konflik bersenjata," imbuh dia.
Dia menyebut, kesepakatan Minsk telah menjadi dokumen hukum internasional, setelah mendapat persetujuan dari Dewan Keamanan PBB. Konsep resolusi damai itu, ujar Putin, turut didukung oleh Rusia.
Sesuai dengan kesepakatan, kelompok separatis dan pasukan Pemerintah Ukraina memiliki waktu dua pekan untuk menarik artileri dan tank-tank dari lokasi serangan. Kedua pihak juga sepakat pada akhir pekan kemarin untuk mulai menarik senjata berat secepatnya keluar dari wilayah yang dikuasai pemberontak.
Namun, pada Senin kemarin, militer Ukraina menuding kelompok separatis tidak berhenti memuntahkan amunisi. Oleh sebab itu, pasukan pemerintah masih belum bisa menarik senjata berat milik mereka.
Sementara itu, kelompok separatis juga tidak akan menarik persenjataannya hingga selesai merayakan Hari Pembela Tanah Rusia yang jatuh kemarin.
Menurut laporan koresponden BBC, Paul Adam dari Republik Donetsk, kelompok pemberontak di wilayah itu tidak akan mengalami peperangan sengit seperti sebelumnya. Sebab, pasukan Pemerintah Ukraina telah mulai mengurangi penggunaan senjata berat.
Peperangan di antara kedua pihak tersebut bermula pada April lalu, tepat satu bulan usai Rusia menganeksasi wilayah Semenanjung Crimea. Akibat peperangan itu, hampir 5.700 orang dilaporkan tewas. Sementara itu, 1,25 juta orang telah meninggalkan rumah. (art)
Baca juga:
Baca Juga :
AS Ingin Rusia Diberi Sanksi Berlipat
"Saya kira skenario fiktif semacam itu tidak akan terjadi dan saya berharap tidak akan pernah terealisasi," ujar Putin.
Dia menyebut, jika kesepakatan damai Minsk ditepati, wilayah timur Ukraina perlahan-lahan akan menjadi stabil dan kembali damai. Eropa, ujar Putin, sama seperti Rusia, tertarik untuk mendukung perdamaian di wilayah tersebut.
"Tidak ada satu pun orang yang menginginkan konflik di pinggir Benua Eropa, khususnya konflik bersenjata," imbuh dia.
Dia menyebut, kesepakatan Minsk telah menjadi dokumen hukum internasional, setelah mendapat persetujuan dari Dewan Keamanan PBB. Konsep resolusi damai itu, ujar Putin, turut didukung oleh Rusia.
Sesuai dengan kesepakatan, kelompok separatis dan pasukan Pemerintah Ukraina memiliki waktu dua pekan untuk menarik artileri dan tank-tank dari lokasi serangan. Kedua pihak juga sepakat pada akhir pekan kemarin untuk mulai menarik senjata berat secepatnya keluar dari wilayah yang dikuasai pemberontak.
Namun, pada Senin kemarin, militer Ukraina menuding kelompok separatis tidak berhenti memuntahkan amunisi. Oleh sebab itu, pasukan pemerintah masih belum bisa menarik senjata berat milik mereka.
Sementara itu, kelompok separatis juga tidak akan menarik persenjataannya hingga selesai merayakan Hari Pembela Tanah Rusia yang jatuh kemarin.
Menurut laporan koresponden BBC, Paul Adam dari Republik Donetsk, kelompok pemberontak di wilayah itu tidak akan mengalami peperangan sengit seperti sebelumnya. Sebab, pasukan Pemerintah Ukraina telah mulai mengurangi penggunaan senjata berat.
Peperangan di antara kedua pihak tersebut bermula pada April lalu, tepat satu bulan usai Rusia menganeksasi wilayah Semenanjung Crimea. Akibat peperangan itu, hampir 5.700 orang dilaporkan tewas. Sementara itu, 1,25 juta orang telah meninggalkan rumah. (art)
Baca juga:
Baca Juga :
Perdana Menteri Ukraina Mengundurkan Diri
Krisis membuat Ukraina tambah retak, bahkan IMF menunda dana bailout.
VIVA.co.id
10 April 2016
Baca Juga :