Cameron Tak Setuju Ada Batas Kebebasan Berbicara
- REUTERS/Dinuka Liyanawatte
VIVA.co.id - Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron menyebut tidak setuju dengan Paus Fransiskus, tentang provokasi dengan menghina agama. Cameron mengklaim dalam masyarakat yang bebas, ada hak untuk menyerang (agama).
"Kita harus menerima bahwa surat kabar, majalah, dapat memuat hal-hal yang menyerang bagi sebagian orang, selama itu dilakukan dalam kerangka hukum. Itu yang harus kita pertahankan," kata Cameron, seperti dikutip dari laman Guardian, Senin 19 Januari 2015,
Pekan lalu, membela kebebasan berbicara, namun dia menegaskan bahwa ada batas-batas untuk kebebasan berekspresi. Terkait dengan penyerangan Charlie Hebdo di Paris, pemimpin umat Katolik dunia itu mengatakan seseorang tidak boleh mengolok-olok agama.
Berbicara di pesawat dalam perjalanan dari Sri Lanka ke Filipina, Kamis, 15 Januari 2015, Sri Paus menyebut kebebasan berbicara merupakan hal yang fundamental untuk hak asasi manusia. Walau begitu, setiap agama memiliki harga diri.
"Seseorang tidak boleh melakukan provokasi, orang tidak boleh menghina keyakinan orang lain, orang tidak boleh mengolok-olok keyakinan. Di dalam kebebasan berekspresi ada batas-batas," ujar Sri Paus yang dikutip Guardian.
Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa hujatan dapat menimbulkan pembalasan, dan itu merupakan hal yang nomal. Sebab, itulah dia kembali menegaskan, agar jangan seseorang memulai provokasi.
Paus kemudian melihat pada Alberto Gasparri, yang mengatur kunjungan Paus dan berdiri di sisinya. "Jika teman baik saya, Dr. Gasparri mengatakan sumpah serapah pada ibu saya, dia dapat berharap mendapatkan sebuah pukulan. Itu normal. Itu normal," katanya.
Paus asal Argentina yang telah melakukan banyak perubahan di Gereja Katolik Roma itu juga memperingatkan bahwa hak untuk kebebasan berekspresi, hadir bersama dengan kewajiban untuk berbicara demi kebaikan bersama.
Simak Juga:
(asp)