Asia Mengenang Tragedi Tsunami 2004
Jumat, 26 Desember 2014 - 08:18 WIB
Sumber :
- ANTARA/Irwansyah Putra
VIVAnews -
Sanak saudara dan kerabat dari 230.000 korban tragedi tsunami 2004 berkumpul di sepanjang garis pantai di Samudera Hindia pada Jumat, 26 Desember 2014. Mereka berdoa, memperingati tragedi mengerikan yang terjadi 10 tahun lalu.
Gempa 9,15 skala richter memicu terjadinya gelombang air laut setinggi 17,4 meter yang jatuh ke daratan dan menyapu selusin negara di Asia. Dalam hitungan detik, gelombang tinggi itu menyapu semua yang ada di hadapannya.
Seperti diberitakan
Reuters
, di beberapa tempat, korban selamat masih belum pulih sepenuhnya. Mereka mengeluhkan rekonstruksi buruk dan tidak merata. Seperti yang terjadi di Provinsi Aceh, Indonesia. Tsunami menewaskan 168.000 orang dan membuat penderitaan bagi ribuan penduduk Aceh dan beberapa wilayah terdampak lainnya.
Kamis malam, doa massal digelar di Masjid Agung Aceh, salah satu bangunan yang bertahan dari amukan air laut. "Alasannya adalah karena ini rumah Allah. Allah terus menjaga rumahnya tanpa kerusakan, itulah kepercayaan kita sebagai Muslim," ujar Azman Ismail, Imam Besar Masjid Baiturrahman.
Di Thailand, korban tewas mencapai 5.395 orang, 2.000 orang di antaranya wisatawan asing. Upacara peringatan diadakan di Ban Nam Khem, sebuah desa nelayan selatan yang hancur akibat gelombang maha dahsyat. Hampir 3.000 masih dinyatakan hilang hingga kini.
Sebanyak 80 persen korban tewas di Provinsi Phang Nga. Para ahli dari 39 negara berkumpul untuk mengidentifikasi mayat, dan menyebut penyelidikan forensik internasional terbesar di dunia.
Sirene tidak bekerja ketika peringatan tsunami dikeluarkan di Indonesia setelah gempa 8,6 skala Richter pada April 2012 lalu. Semua pelampung peringatan hilang dan tidak bekerja.
Di India, sistem baru sedang dilakukan untuk berkomunikasi dengan daerah-daerah terpencil. Sementara, Kepala Pusat Peringatan Bencana Thailand mengatakan sistem peringatan gempa dan tsunami kurang pemeliharaan.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Sirene tidak bekerja ketika peringatan tsunami dikeluarkan di Indonesia setelah gempa 8,6 skala Richter pada April 2012 lalu. Semua pelampung peringatan hilang dan tidak bekerja.