Saat Perayaan Natal Dilarang di Inggris

Ilustrasi perayaan Natal
Sumber :
  • Reuters
VIVAnews
- Selama masa kekuasaan kaum puritan Kristen Protestan di Inggris, perayaan Natal pada 25 Desember merupakan sesuatu yang dilarang, dan menyanyikan lagu-lagu Natal dianggap sebagai sebuah tindakan politik.


Jurnalis
BBC
Clemency Burton-Hill dalam artikelnya, 19 Desember 2014, menulis bahwa sejak Abad Pertengahan Natal telah dirayakan seperti saat ini, pada 25 Desember, untuk memperingati hari kelahiran Kristus.


Safari Jabar Asih Menyapa, Ahmad Syaikhu Target Bogor Jadi Basis Kemenangan
Orang-orang akan menghias rumah mereka, keluarga dan kerabat berkumpul dan mengadakan jamuan bersama. Tapi selama perang sipil di Inggris pada pertengahan abad 17, menyanyikan lagu-lagu pujian Natal dianggap sebagai kejahatan serius.
Didukung Partai Buruh, Ridwan Kamil: Mudah-mudahan Menang Satu Putaran

Oliver Cromwell, yang menjadi Lord Protector Inggris, berusaha membersihkan apa yang disebutnya ekses dekaden, dengan menghilangkan budaya perayaan Natal.  Bagi dia dan pengikutinya, perayaan Natal adalah sebuah dosa.
Dapat Dukungan Warga Margomulyo, Egi Komitmen Akan Bawa Lamsel Lebih Maju


Mereka menganggap perayaan hari kelahiran Kristus sebagai tradisi yang sia-sia. Pada 1644 parlemen mengeluarkan undang-undang yang melarang perayaan Natal, dan pada Juni 1647, parlemen meloloskan perintah penghapusan Natal.


Namun suara dan semangat rakyat Inggris tidak mudah dibungkam. Selama hampir dua dekade larangan perayaan Natal berlaku, orang-orang tetap merayakan Natal dan menyanyikan lagu-lagu pujian secara diam-diam, pada 25 Desember.


Dua tahun setelah Oliver Cromwell meninggal pada 1658, akhirnya terjadi restorasi kerajaan Inggris pada 1960, dan semua undang-undang yang dibuat antara 1642-1660 dinyatakan batal demi hukum. Perayaan Natal kembali diijinkan.


Christmas Carol


Salah satu tradisi yang menyertai perayaan Natal di banyak tempat di dunia, adalah Christmas Carol, yang menurut Ensiklopedia Britanica didefinisikan sebagai lagu-lagu pujian yang dinyanyikan saat Natal.


Sementara RL Greene dalam The Early English Carols, menyebutnya sebagai sebuah sajak yang dinyanyikan, disusun atas beberapa stanza. Christmas Carol seperti yang ada saat ini baru dikenal pada abad ke-13, diprakarsai oleh St Fransiskus Asisi pada 1223.


Christmas Carol terus berkembang dengan semakin banyak lagu yang diciptakan, seperti “Hark, the herald angels”, “The First Nowell”, "O Come All Ye Faithful", "Silent Night" dan banyak lagi lagu lainnya yang bertema tentang kelahiran Yesus.


Para penyanyi akan berjalan keliling dari rumah ke rumah, atau di jalan-jalan sambil membawa lilin. Christmas Carol dilakukan dengan pembacaan berbagai kisah Natal yang dinyanyikan, diselingi dengan berbagai lagu Natal.


Di masa reformasi Protestan, Christmas Carol menjadi salah satu tradisi yang dilarang, karena diasosiasikan dengan Sri Paus dan tradisi Gereja Katolik. Namun tradisi terus berkembang, walau dilakukan secara diam-diam.


Perayaan Natal di masa kekuasaan Kristen Protestan bagai menjadi gerakan bawah tanah. Sehingga bagi sebagian orang di Inggris, Christmas Carol terasa sangat bermakna, setelah sempat dilarang selama hampir 200 tahun.


Christmas Carol menurut tradisi Gereja Katolik tidak dimulai sebelum Natal, karena saat itu Gereja masih dalam masa Adven. Oleh karena itu Christmas Carol dilakukan oleh Gereja Katolik setelah Malam Natal, hingga beberapa hari selama masa Oktaf Natal (8 hari).
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya