"Menghilangnya" Kim Jong Un Diduga Hanya Strategi

Pemimpin Korut Kim Jong Un saat berkunjung ke Taesongsan, Mei 2014.
Sumber :
  • REUTERS/KCNA

VIVAnews - Kunjungan dadakan delegasi pejabat senior Korea Utara (Korut) ke Korea Selatan (Korsel), serta menghilangnya pemimpin Korut Kim Jong Un dari penampilan publik telah memicu berbagai spekulasi mulai dari kesehatan hingga isu kudeta.

Korut Tembakkan Dua Rudal Jarak Pendek

Namun analis Amerika Serikat (AS) yang dikutip Reuters, Selasa, 7 Oktober, menyebut perkembangan isu tentang pemimpin Korut itu secara sederhana dapat diartikan sebagai taktik diplomatik Pyongyang untuk menurunkan tekanan internasional.

Terutama berkaitan dengan program senjata nuklir dan masalah hak asasi manusia yang selama ini menjadi perhatian serius dunia Internasional. Pejabat tinggi Korut yang berkunjung ke Seoul, juga telah membantah spekulasi masalah kesehatan Kim Jong Un.

China dan AS Siapkan Sanksi Baru Korut

Seorang pejabat AS mengatakan tidak ada tanda apapun bahwa sesuatu yang besar terjadi dalam pemerintahan Korut. Absennya Kim Jong Un dari depan publik juga dianggap bukan sesuatu yang tidak biasa, berdasarkan sejarah dua pemimpin Korut sebelumnya.

Kim Il Sung dan Kim Jong Il, kakek dan ayah Kim Jong Un, juga tidak selalu tampil di depan publik dan pertemuan-pertemuan penting. Pada pertemuan antara delegasi Korut dan Korsel, Sabtu, 4 Oktober, disepakati dimulainya kembali dialog rekonsiliasi.

Usir Warga Korsel, Korut Kuasai Kaesong

Sebelumnya Presiden Korsel Park Geun-hye, juga telah menegaskan keinginannya untuk mendorong upaya rekonsiliasi dua Korea, yang terpisah sejak perang 1950-1953. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki, mengatakan AS terus berhubungan dengan pemerintah Korsel terkait Korut.

Pakar Korut dari Universitas Johns Hopkins, Alexandre Mansourov, mengatakan keterlibatan Korut dalam acara olahraga Asian Games di Korsel juga mungkin merupakan bagian dari taktik diplomatik Korut untuk memperlemah tekanan internasional.

Sejumlah langkah yang dilakukan Pyongyang terkait dengan Asian Games serta pengiriman delegasi pejabat tinggi ke Korsel, terjadi hanya beberapa pekan sebelum pembahasan resolusi di PBB, yang ditujukan pada masalah pelanggaran hak asasi manusia di Korut.

Pakar Korut lainnya, Joel Wit, mengatakan jika pembicaraan Korut dan Korsel mengalami kemajuan, hal itu dapat membuat Washington semakin terisolasi terkait sikap AS yang bersikeras menetapkan syarat-syarat untuk pembicaraan internasional untuk program nuklir Korut.

Duta Besar Korut untuk PBB di Jenewa, mengatakan negaranya bersedia melanjutkan pembicaraan internasional, tapi Washington menuntut Pyongyang lebih dulu melakukan langkah-langkah denuklirisasi.

Mansourov mengatakan yakin Kim Jong Un akan segera kembali tampil di depan publik, pada Jumat, 10 Oktober, yang merupakan peringatan bagi pendiri Partai Komunis Korut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya