GCC: Pemilu Suriah Palsu, Hanya untuk Menangkan Assad
- REUTERS/SANA/Handout via Reuters
VIVAnews - Pemilihan umum presiden yang berlangsung di Suriah banyak dikecam negara-negara di dunia, termasuk di Timur Tengah dan Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa pemilu itu palsu, hanya untuk mengokohkan kekuasaan Bashar al-Assad di negara yang tercabik konflik berdarah itu.
Diberitakan Arab News, Rabu 4 Juni 2014, salah satu yang mengecamnya adalah enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC). Dalam komunike usai pertemuan menteri luar negeri Senin malam lalu, GCC sepakat melabeli pemilu suriah sebagai penipuan.
Para Menlu GCC mengatakan bahwa pemilu hanya cara Assad untuk tetap berkuasa, dan hanya akan memperpanjang perang di Suriah. Sudah lebih dari 160.000 orang tewas akibat konflik bersenjata yang berlangsung sejak Maret 2011 lalu.
"Tidak ada pemilihan umum yang kredibel di Suriah di saat beberapa wilayah negara itu di luar kendali pemerintah dan jutaan orang meninggalkan rumah karena mengungsi," tulis komunike GCC.
Selain itu, GCC juga mendesak agar kejahatan perang di Suriah dibawa ke Mahkamah Pidana Internasional. Di antara kejahatan perang rezim Assad adalah penggunaan senjata kimia di Ghouta yang menewaskan ribuan orang, termasuk wanita dan anak-anak.
Hal yang sama disampaikan Amerika Serikat yang mengatakan bahwa pemilu di tengah perang sipil adalah hal yang "memalukan". Pemilu kali ini bisa dipastikan mengeluarkan Assad sebagai pemenangnya.
"Pemilu presiden hari ini di Suriah sangat memalukan. Assad saat ini tidak punya lagi kredibilitas seperti dulu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Marie Harf, dikutip Reuters.
Pemerintah Washington mengatakan Assad tidak mampu memenuhi aspirasi rakyatnya untuk turun dan membentuk pemerintahan transisi. Assad, kata Harf, malah tetap ingin berkuasa dan "melanjutkan pembantaian terhadap orang-orang yang seharusnya diwakili dan dilindunginya."
Negara-negara Barat lainnya juga mencemooh pemilu Suriah, salah satunya Inggris. "Pemilu di Inggris hanya akan menjadi parodi demokrasi yang menjijikkan," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Inggris.
Brigade pejuang Suriah menyampaikan hal yang sama. Namun mereka menyatakan tidak akan menyerang tempat pemungutan suara agar tidak jatuh korban sipil. Salah satu brigade, Islamic Front, mengatakan Assad telah memeras rakyat untuk memilihnya.
Sejak terpilih 14 tahun lalu, Assad hampir dipastikan selalu menang dalam setiap pemilu. Pertama kali terpilih, dia mendapatkan 99 persen suara. Tujuh tahun kemudian, dia kembali menang dengan jumlah suara yang fantastis. Sebelum dia, ayahnya Hafez al-Assad telah memerintah Suriah dengan tangan besi selama 29 tahun sebelum meninggal tahun 2000. (ms)