Sumber :
- REUTERS/Larry Downing
VIVAnews -
Shutdown atau terhentinya pekerjaan pemerintah akibat tidak disetujuinya anggaran membuat Amerika Serikat terancam rugi hingga US$300 juta per hari. Shutdown terakhir tahun 1996 berlangsung selama 21 hari.
Akibat shutdown, sekitar 800.000 pegawai negeri terpaksa dirumahkan tanpa gaji. Hal ini menyusul tidak juga disepakatinya anggaran Oktober 2013-September 2014 yang jatuh tempo pada Selasa waktu setempat.
Baca Juga :
Bawaslu Ingatkan KPU Waspadai 'Horor' Data Orang Meninggal di TPS dalam Pilkada Serentak
Di bidang kesehatan, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) juga tidak bisa beroperasi maksimal dalam menyelidiki penyebaran virus. Di bidang ilmu pengetahuan, NASA juga akan dihentikan operasinya sementara.
Militer seharusnya juga diliburkan dan tidak menerima gaji. Namun, Barack Obama dan Kongres telah menandatangani peraturan yang memastikan bahwa gaji 1,4 juta tentara akan tetap dibayarkan tepat waktu.
Menurut perusahaan konsultan IHS Inc, shutdown bisa merugikan AS hingga sedikitnya US$300 juta per hari atau lebih dari Rp3,4 triliun. Jumlah ini memang jauh jika dibandingkan ekonomi AS senilai US$15,7 triliun, tapi jika dibiarkan, maka kepercayaan pengusaha dan konsumen akan merosot, membuat dampaknya semakin melebar.
IHS memperkirakan, akibat shutdown, pertumbuhan AS sebesar 2,2 persen per tahun akan berkurang 0,2 persen jika shutdown terjadi selama sepekan. Namun, jika seperti yang terjadi 1996 lalu, yaitu 21 hari, pengurangan bisa mencapai 0,9 atau 1,4 persen.
Goldman Sachs memperkirakan, jika shutdown terjadi tiga minggu, maka dampaknya akan mengurangi GDP AS sebanyak 0,9 persen.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Di bidang kesehatan, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) juga tidak bisa beroperasi maksimal dalam menyelidiki penyebaran virus. Di bidang ilmu pengetahuan, NASA juga akan dihentikan operasinya sementara.