10 Kota Terburuk untuk Penyewa Properti (I)
- businessweek.com
VIVAnews - Ribuan rumah kosong terlihat 'mematung' di Amerika Serikat, dari yang belum selesai dibangun hingga ditinggalkan pembelinya. Dengan kondisi tersebut, artinya di negara itu seharusnya banyak perumahan yang terjangkau harganya. Namun, kenyataannya tidak demikian, setidaknya untuk para penyewa.
Selama beberapa dekade terakhir, seperti dirilis laman bloombergbusinessweek, keterjangkauan terhadap harga sewa telah menjadi masalah besar di Amerika Serikat, di mana pertumbuhannya lebih cepat dibanding pendapatan para penyewanya.
Menurut laporan terbaru Harvard University's Joint Center for Housing Studies, diketahui bahwa hampir setengah dari penyewa yang berhasil ditemui harus rela membayar sewa lebih dari 30 persen pendapatan bulanan mereka. Bahkan, 26 persen di antara mereka harus membayar sewa lebih dari 50 persen pendapatannya.
Berdasarkan laporan tersebut, kemudian diidentifikasi dan berhasil diperingkat 10 kota di AS dengan jumlah penyewa terbanyak yang harus rela menghabiskan lebih dari separuh pendapatan mereka untuk sewa rumah.
Namun, menurut Harvard, tidak selalu kota yang paling mahal harus disalahkan. Sebab, di saat para penyewa di kota-kota berbiaya tinggi seperti New York dan San Francisco mengeluh tentang berapa banyak mereka membayar sewa rumah setiap bulan, penduduk di wilayah Miami, McAllen, Tex, dan Detroit justru mengalami nasib lebih mengkhawatirkan.
Bahkan faktanya, kota Miami penyumbang terbesar jumlah penyewa yang harus membayar lebih dari separuh pendapatan mereka dalam menyewa rumah di AS.
Menurut Harvard, kota tersebut mengontribusi sekitar 34,2 persen pada 2009, atau naik dari 2000 yang hanya 26 persen, di saat pertumbuhan pendapatan stagnan dan harga sewa rumah disesuaikan laju inflasi yang naik 22,2 persen selama periode itu. Sementara itu, kota McAllen, mengontribusi sebesar 33,1 persen dan Detroit 32,8 persen.
Laporan tersebut juga mengungkapkan jumlah penghasilan atau pendapatan untuk ongkos sewa tumbuh secara dramatis selama lima puluh tahun terakhir. Pada 1960, seperempat dari jumlah penyewa di AS setidaknya terbebani, termasuk 12 persen di antaranya yang terbebani cukup berat. Kemudian pada 2009, angka itu naik dua kali lipat menjadi hampir setengah dari penyewa setidaknya dengan beban sedang, termasuk 26 persen terbebani berat.
"Hal itu merupakan dampak yang ditimbulkan dari sebuah keputusan keluarga. Mereka memilih menghabiskan pendapatannya untuk hal-hal yang penting bagi tingkat kesejahteraan, seperti kesehatan, makanan, dan tabungan," kata Chris Herbert, direktur riset Harvard University's Joint Center for Housing Studies.
Ia menambahkan, mereka pun rela mengorbankan diri untuk lokasi yang mereka tempati atau di mana mereka tinggal. Padahal lokasi tempat tinggal itu juga mempengaruhi kehidupan lain seperti akses ke pekerjaan, sekolah, dan kesempatan usaha lainnya.
Tentunya, kata Herbert, sebagian besar orang Amerika berharap masih bisa menyewa untuk beberapa tahun berikutnya, sampai ada pembatasan atau kemudahan dalam memiliki rumah. Namun, harga sewa diperkirakan terus meningkat melampaui pertumbuhan pendapatan mereka. Permintaan sewa juga disinyalir terus tumbuh sebagai pilihan untuk mendapatkan rumah tinggal.
Berikut, 10 kota paling buruk untuk para penyewa:
10. Bridgeport, Connecticut
Penyewa rumah tangga dengan beban biaya tinggi sebanyak 30,5 persen.
Rata-rata harga sewa kotor: US$1.210
Rata-rata keperluan biaya sewa: US$183
Rata-rata pendapatan rumah tangga untuk sewa: US$38.900
Menurut Biro Analisis Ekonomi AS --meskipun penyewa tercatat paling sedikit--, berdasarkan statistik negara, penghasilan pribadi per kapita di kota metropolitan Bridgeport tertinggi mencapai US$74.767. Biaya hidup juga jauh di atas rata-rata. Sementara itu, rata-rata harga sewa kotor sekitar US$ 1.210 pada 2009, salah satu yang tertinggi dari 100 kota terbesar AS.
9. Toledo, Ohio
Penyewa rumah tangga dengan beban biaya tinggi sebanyak 30,8 persen.
Rata-rata harga sewa kotor: US$600
Rata-rata keperluan biaya sewa: US$140
Rata-rata pendapatan rumah tangga untuk sewa: US$21.000
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, Toledo merupakan kota yang berdekatan dengan perbatasan negara bagian Michigan di barat laut Ohio. Terlihat, para pegawai di sektor manufaktur turun secara dramatis, dari sekitar 62.500 pekerja pada 2000 menjadi 37.600 pada 2010. Tahun lalu, tingkat pengangguran tahunan di wilayah tersebut diperkirakan mencapai 11,3 persen.
Sementara itu, menurut perkiraan Biro Sensus AS, tingkat kemiskinan di kota itu mencapai 22,3 persen untuk periode 2005 hingga 2009. Ohio sendiri, tahun ini berencana menghabiskan anggaran sekitar US$1,4 miliar untuk memacu pembangunan ekonomi.
8. Orlando
Penyewa rumah tangga dengan beban biaya tinggi sebanyak 30,9 persen.
Rata-rata harga sewa kotor: US$970
Rata-rata keperluan biaya sewa: US$165
Rata-rata pendapatan rumah tangga untuk sewa: US$32.000
Menurut Metro Orlando Economic Development, Walt Disney (DIS), Publix Super Pasar (PUSH), dan Adventist Health System merupakan area pemberi kerja di wilayah utama kota tersebut. Biro Statistik Tenaga Kerja AS memperkirakan, tingkat pengangguran di wilayah itu mencapai 11,4 persen pada tahun lalu, naik dari 2000 yang hanya 3,1 persen. Sementara itu, berdasarkan data Harvard, dari 2000 hingga 2009, rata-rata sewa meningkat sebesar 12,8 persen.
7. Memphis
Penyewa rumah tangga dengan beban biaya tinggi sebanyak 31,6 persen.
Rata-rata harga sewa kotor: US$750
Rata-rata keperluan biaya sewa: US$180
Rata-rata pendapatan rumah tangga untuk sewa: US$25.000
Menurut data Biro Sensus AS, tingkat kemiskinan di metropolitan Memphis tercatat 18,4 persen pada 2009 dan 24,2 persen di kota Memphis. Sementara itu, perkiraan dari peneliti Harvard, pendapatan riil rumah tangga rata-rata turun sebesar 19,4 persen dari 2000 hingga 2009.
6. Akron, Ohio
Penyewa rumah tangga dengan beban biaya tinggi sebanyak 31,8 persen.
Rata-rata harga sewa kotor: US$740
Rata-rata keperluan biaya sewa: US$160
Rata-rata pendapatan rumah tangga untuk sewa: US$26.100
Data sensus menunjukkan bahwa populasi kota Akron dan Summit County keduanya turun dalam 10 tahun terakhir. Sementara itu, menurut Biro Analisis Ekonomi AS, perekonomian daerah tumbuh tipis, dengan produk domestik bruto (PDB) meningkat hanya 5,2 persen dari 2001 hingga 2009. Sedangkan hasil studi Harvard memperkirakan bahwa pendapatan rumah tangga di kota itu rata-rata menurun sebesar 14,9 persen dari 2000 hingga 2009. (art)
Bersambung...