Dalai Lama Ingin Pensiun Jadi Pemimpin
- AP Photo/J. Scott Applewhite
VIVAnews - Pemimpin politik sekaligus spiritual Tibet, Dalai Lama, menyatakan ingin pensiun. Jika disetujui, maka posisi pemimpin Tibet selanjutnya akan ditentukan berdasarkan pemungutan suara.
Disampaikan melalui pidatonya di India dalam peringatan 52 tahun pergolakan rakyat Tibet melawan pemerintah China tahun 1959, Kamis, 10 Maret 2011, Dalai Lama akan meminta parlemen Tibet di pengasingan mengamandemen konstitusi untuk membebaskannya dari tugas sebagai pemimpin.
“Sejak tahun 1960an, saya berulangkali menekankan bahwa Tibet butuh pemimpin, yang dipilih dengan bebas oleh rakyat Tibet, seseorang yang bisa saya serahi kekuasaan. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan ini,” ujar Dalai Lama dilansir dari laman The Guardian.
Anggota parlemen Tibet di pengasingan akan melakukan pertemuan pada awal pekan depan di Dharamsala, India, untuk membicarakan niatan Dalai Lama tersebut. Disinyalir, pertemuan minggu depan juga sekaligus akan melakukan pengambilan suara mengenai siapa Kalon Tripa atau perdana menteri Tibet berikutnya, yang akan menggantikan tugas Dalai Lama.
“Keinginan saya menyerahkan kepemimpinan tidak untuk mengelak dari tanggung jawab. Ini demi keuntungan jangka panjang warga Tibet,” ujar Dalai Lama.
“Saya yakin suatu saat rakyat Tibet akan mengerti keinginan saya, mendukung keputusan saya dan menerapkannya di Tibet,” lanjutnya lagi.
Bernama asli Tenzin Gyatzo, Dalai Lama, 75, dianggap sebagai reinkarnasi ke-14 Buddha Avalokitesvara yang telah mendapatkan pencerahan spiritual. Dia adalah tokoh paling berpengaruh diantara para penganut Buddha Tibet. Pada usia 15 tahun, dia telah memimpin daerah otonomi Tibet.
Pada pemberontakan Tibet dari China pada 1959, Dalai Lama melarikan diri ke India setelah dia dianggap sebagai penyebar perlawanan. Di India, dia bersama para pengasingan Tibet yang lainnya membentuk pemerintahan Tibet pengasingan. Pada 1989, dia mendapatkan penghargaan Nobel perdamaian dan dikenal atas dukungannya terhadap warga Tibet di dalam dan di luar wilayah tersebut.
Dalai Lama memang tercatat secara berangsur-angsur mulai menjauh dari panggung politik. Dia juga telah sejak lama menyatakan keinginannya untuk murni menjadi biksu dan melepaskan diri dari semua aktivitas kepemimpinan.
“Saya juga manusia, pensiun adalah hak saya. Cepat atau lambat, saya harus pergi. Saya telah lebih dari 75, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, suatu saat saya harus pergi,” ujar Dalai Lama, Oktober tahun lalu ketika diwawancara oleh stasiun berita CNN.