Hubungan Hangat India-AS Bikin China Gelisah
- (AP Photo/Julia Demaree Nikhinson)
Jakarta, VIVA – Dinamika yang berkembang antara India dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump menarik perhatian besar dari media China. Beberapa narasi menunjukkan bahwa New Delhi cemas dalam mengelola hubungannya dengan Washington.
Sejumlah komentar dari China menyebut bahwa upaya diplomatik India dilakukan agar tidak menyinggung pemerintahan Trump. Bahkan, mereka berpendapat bahwa Perdana Menteri India Narendra Modi mengalami kemunduran diplomatik dalam kunjungannya ke AS baru-baru ini—perkembangan yang menurut mereka seharusnya mendorong India untuk memperbaiki hubungan dengan China. Namun, pandangan ini mengabaikan perhitungan strategis India yang lebih luas.
Dilansie Taipei Times, Jumat 21 Maret 2025, China melihat semakin eratnya hubungan India-AS sebagai respons terhadap langkah-langkah tegas Beijing, khususnya di kawasan Indo-Pasifik dan perbatasan yang disengketakan. Dengan kembalinya Trump ke Gedung Putih, kekhawatiran Beijing terhadap posisi strategis New Delhi semakin meningkat.
Berbeda dengan masa jabatan pertamanya, di mana China menjadi sasaran utama kebijakan ekonominya, pada periode kedua Trump memperkuat tekanannya terhadap China sekaligus menegaskan peran India sebagai mitra utama dalam strategi Indo-Pasifik AS.
Keterlibatan India dengan AS kini berkembang melampaui sekadar menjadi penyeimbang terhadap China. New Delhi dengan cerdik menempatkan dirinya sebagai pemain kunci dalam keamanan dan ekonomi regional, dengan memanfaatkan kemampuannya dalam bernegosiasi dalam bidang perdagangan dan pertahanan, sekaligus mempertahankan otonomi strategisnya.
AS menanggapi hal ini dengan mengakui peran India tidak hanya sebagai penyeimbang China, tetapi juga sebagai mitra penting dalam teknologi, pertahanan, perdagangan, dan kemitraan ekonomi.
Bendera India atau Bharat
- Pune Pulse
Media China memang menyoroti adanya ketegangan dalam hubungan India-AS, seperti sengketa perdagangan dan kebijakan imigrasi, tetapi hal ini tidak mengubah arah utama hubungan kedua negara. Sebaliknya, tantangan tersebut justru menegaskan bahwa India memiliki kendali penuh atas kebijakan strategisnya. Beberapa analis China berpendapat bahwa AS hanya memanfaatkan India sebagai alat strategis untuk menghadapi China, bukan sebagai sekutu sejati. Namun, pandangan ini meremehkan sifat hubungan India-AS yang bersifat multidimensional.
Pendekatan fleksibel India terhadap desakan Trump terkait pengurangan tarif mulai membuahkan hasil. Kedua negara hampir mencapai kesepakatan perdagangan bebas bilateral, yang mencerminkan kemudahan India dalam mengelola hubungan dengan AS serta pentingnya kemitraan ini bagi New Delhi.
Para analis China juga kerap mengabaikan komitmen India terhadap otonomi strategisnya. Kebijakan luar negeri New Delhi tidak hanya bergantung pada hubungan dengan AS, tetapi juga mencakup kerja sama paralel dengan negara-negara besar lainnya, termasuk Rusia dan Uni Eropa. Meskipun ketegangan perbatasan dengan China telah memengaruhi perhitungan strategis India, perubahan ini lebih didorong oleh kepentingan jangka panjang dibanding tekanan diplomatik sesaat.
Skeptisisme Beijing terhadap kedalaman hubungan India-AS mencerminkan kegelisahannya, tetapi kerja sama India-AS melampaui sekadar geopolitik.
Secara ekonomi, perdagangan India dengan AS yang mencapai lebih dari 190 miliar dolar AS pada 2023 menunjukkan pengaruh globalnya yang semakin besar. Sementara itu, perdagangan India dengan China sebesar 136 miliar dolar AS masih dibayangi oleh defisit yang signifikan, yang meningkatkan kerentanan ekonomi India terhadap Beijing.
Ketidakseimbangan tersebut mendorong India untuk melakukan diversifikasi rantai pasokan serta memperkuat kerja sama teknologi dengan AS dan sekutunya, terutama dalam bidang semikonduktor dan industri pertahanan.
Kerja sama keamanan antara India dan AS juga semakin luas, mencakup perjanjian latihan militer bersama, berbagi teknologi, dan pengembangan bersama mesin jet tempur. Langkah ini mencerminkan strategi pertahanan India yang kini lebih mengutamakan kemitraan yang beragam daripada ketergantungan pada satu pihak.
Meskipun China tetap menjadi faktor penting dalam hubungan India-AS, faktor ini bukanlah satu-satunya yang menentukan arah kebijakan New Delhi.
Berlawanan dengan asumsi Beijing, kebijakan luar negeri India tidak didorong oleh perubahan politik di AS maupun tekanan eksternal dari China, melainkan oleh visinya sendiri sebagai pemain global utama—menyeimbangkan persaingan dan kerja sama dengan cara yang melindungi kepentingan nasionalnya.
Seiring dengan berkembangnya realitas geopolitik, perjalanan India ke depan akan ditentukan bukan oleh diplomasi yang reaktif, melainkan oleh keterlibatan strategis yang proaktif dengan berbagai pemangku kepentingan global.