Pertempuran di Kongo Timur Tewaskan 7.000 Orang Sejak Januari, PM Minta Gencatan Senjata

7.000 orang tewas dalam pertempuran di Kongo timur
Sumber :
  • Anadolu Ajansi

Kongo, VIVA – Perdana Menteri Republik Demokratik Kongo (RDK), Judith Suminwa Tuluka, mengungkapkan bahwa pertempuran di wilayah timur negara itu telah menyebabkan lebih dari 7.000 korban jiwa sejak Januari 2025. Angka ini mencakup seluruh zona konflik yang saat ini tengah bergejolak.

Pemudik Motor Asal Depok Alami Kecelakaan hingga Meninggal Dunia di Jalur Kamojang Bandung

Berbicara dalam konferensi pers bersama Asosiasi Koresponden Terakreditasi untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (ACANU) di Jenewa, Tuluka menegaskan bahwa situasi di Kongo semakin mengkhawatirkan. 

Salah satu daerah yang paling terdampak adalah kota Goma, di mana lebih dari 3.000 orang tewas akibat konflik yang terus berlanjut. Mayoritas korban adalah warga sipil yang tidak bersalah.

Junta Militer Myanmar Berlakukan Gencatan Senjata Sementara usai Gempa 7,7 SR

Ilustrasi meninggal.

Photo :
  • vstory

Pernyataan Tuluka disampaikan setelah Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam sidang ke-58 Dewan Hak Asasi Manusia, memperingatkan bahwa serangan kelompok pemberontak M23 baru-baru ini semakin memperburuk situasi keamanan di Kongo. 

Jumlah Kecelakaan dan Korban Meninggal Dunia pada Arus Mudik Tahun Ini Menurun

Guterres menuduh kelompok M23 yang didukung oleh Pasukan Pertahanan Rwanda, sebagai pemicu kekerasan yang semakin tidak terkendali dan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan.

“Semakin banyak kota yang jatuh ke tangan pemberontak, semakin besar pula risiko terjadinya perang regional,” ujar Guterres, dikutip dari Anadolu Ajansi.

Pernyataan ini mengacu pada meningkatnya kekhawatiran bahwa konflik di Kongo dapat meluas ke negara-negara tetangganya. RDK berbatasan dengan sembilan negara lain, dan ketidakstabilan di dalam negeri berpotensi mempengaruhi kawasan secara lebih luas.

Tuluka menekankan bahwa prioritas utama saat ini adalah mencapai gencatan senjata dan menarik pasukan dari wilayah yang dilanda konflik. 

“Pertama, yang kita butuhkan adalah gencatan senjata dan penarikan pasukan,” tegasnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, upaya mediasi telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk Uni Afrika dan komunitas internasional, namun hingga kini pertempuran masih terus berlangsung. Ribuan warga sipil terpaksa mengungsi akibat situasi yang semakin memburuk.

Saat ditanya mengenai kemungkinan keterlibatan Amerika Serikat dalam proses perdamaian, Tuluka tidak menolak ide tersebut. 

“Saya tidak berpikir itu akan menjadi hal yang buruk,” katanya.

Amerika Serikat baru-baru ini memberlakukan sanksi terhadap Rwanda, yang dituduh mendukung kelompok pemberontak M23. Kongo melihat langkah ini sebagai bentuk bantuan dari komunitas internasional untuk menekan pihak yang terlibat dalam konflik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya