Trump Kesal saat Uskup Minta Kelonggaran Hak LGBTQ+ dan Pekerja Migran Ilegal
- US Air Forces/Staff Sgt. Sergio A. Gamboa
Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuntut permintaan maaf dari uskup Episkopal Washington setelah ia berkhotbah di depan Trump dan menyampaikan permohonan langsung untuk mengasihani komunitas LGBTQ+ dan pekerja migran ilegal yang berada di Amerika.
Merujuk pada keyakinan Trump bahwa ia diselamatkan oleh Tuhan dari pembunuhan, Pendeta Mariann Budde berkata, "Anda telah merasakan tangan Tuhan yang penuh kasih. Atas nama Tuhan kita, saya meminta Anda untuk mengasihani orang-orang di negara kita yang sekarang takut."
Pernyataan itu merujuk pada kaum LGBTQ+ dan para migran.
Mendengar hal itu, Trump terdiam. Namun saat ia kembali ke Gedung Putih, Trump berkata, "Saya tidak berpikir itu adalah kebaktian yang baik. Mereka seharusnya bisa melakukan yang lebih baik."
Selain itu, dalam sebuah unggahan di situs media sosialnya, Trump dengan tajam mengkritik Uskup tersebut sebagai pembenci Trump garis keras.
"Ia membawa politik ke dalam gereja, dengan cara yang sangat tidak sopan. Nada bicaranya kasar, tidak meyakinkan atau cerdas,” kata Trump, dikutip dari AP, Jumat 24 Januari 2025.
Dia menambahkan bahwa Uskup yang bernama Budde itu tidak menyebutkan bahwa beberapa migran telah datang ke Amerika Serikat dan membunuh orang.
"Terlepas dari pernyataannya yang tidak pantas, kebaktian itu sangat membosankan dan tidak menginspirasi. Dia tidak begitu ahli dalam pekerjaannya!" ujar Trump.
"Dia dan gerejanya berutang permintaan maaf kepada publik!"
Diketahui, pemerintahan Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif yang mencabut hak-hak transgender dan memperketat kebijakan imigrasi.
Ibadah Katedral Nasional Washington sebagian besar difokuskan pada persatuan nasional. Trump dan Wakil Presiden JD Vance beserta keluarga mereka hadir, bersama dengan Ketua DPR Mike Johnson dan calon menteri pertahanan Trump, Pete Hegseth.
Dalam khotbahnya, Budde mengatakan mereka berkumpul untuk berdoa bagi persatuan sebagai satu bangsa dan negara, bukan untuk kesepakatan, politik atau lainnya, tetapi untuk jenis persatuan yang menumbuhkan komunitas di antara keberagaman dan perpecahan.