Menolak Lupa! Ini Jejak Pembangkangan Israel Terhadap Perjanjian Gencatan Senjata
- AP Photo/Hatem Moussa
Gaza, VIVA –  Setelah 15 bulan perang Israel di Gaza – yang telah menghancurkan wilayah tersebut dan menewaskan sedikitnya 46.800 warga Palestina di Gaza akhirnya akan mendapatkan penangguhan.
Perjanjian gencatan senjata telah dicapai antara Hamas dan Israel setelah negosiasi yang dimediasi bersama antara Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat di Doha, Qatar.
Kesepakatan tersebut diumumkan pada hari Rabu, 15 Januari, akan mulai berlaku pada hari Minggu, 19 Januari dan mencakup penghentian permusuhan secara bertahap, pembebasan sandera, dan pertukaran tahanan.
Namun demikian, secara historis, Israel ternyata memiliki catatan panjang dalam pelanggaran perjanjian gencatan senjata di Palestina, dan yang terbaru adalah di Lebanon.
Berikut adalah sejumlah catatan pelanggaran perjanjian gencatan senjata oleh Israel di Palestina dan wilayah sekutunya seperti dilansir TRT World:Â
1. Desember, 2024
Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata antara militer Israel dengan Hizbullah hampir 300 kali dalam bulan pertama kesepakatan.
Militer Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata setiap hari, dengan penghancuran rumah-rumah dan desa-desa secara luas di Lebanon selatan dengan dalih menargetkan posisi Hizbullah.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata 27 November 2024, Israel diharuskan untuk menarik pasukannya di selatan Garis Biru – perbatasan de facto – secara bertahap, sementara tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.
2. November, 2023Â
Selama jeda kemanusiaan yang disepakati selama empat hari, kepala militer Tel Aviv menyetujui rencana operasi untuk melanjutkan serangan darat di Gaza.
Selama masa gencatan senjata, Israel berkomitmen untuk tidak menyerang atau menangkap siapa pun di seluruh wilayah Jalur Gaza.
Faktanya, Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata selama jeda kemanusiaan dengan menembaki warga Palestina di Gaza Utara.
Israel telah menyebar pemberitahuan bahwa warga Palestina dilarang kembali ke area Gaza Utara.
Pasukan Israel berdalih bahwa wilayah itu adalah zona pertempuran.
Setidaknya dua warga Palestina dilaporkan tewas dalam aksi penembakan pasukan Israel. 11 orang lainnya luka-luka saat mereka berupaya memasuki Gaza Utara.
3. Agustus, 2014
Pada tanggal 1 Agustus 2014, Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata kemanusiaan selama 72 jam yang akan berlaku pada pukul 8 pagi hari itu.Â
Kesepakatan itu terjadi setelah tiga pekan Israel melancarkan serangan militernya ke Gaza yang menyebabkan ribuan warga Palestina mencari perlindungan di tempat penampungan.
Segera setelah mengetahui akan adanya jeda kemanusiaan itu, warga Gaza bersiap untuk kembali ke rumah mereka, selama masa yang diantisipasi untuk mengakhiri peperangan.
Namun di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza, sekelompok tentara Israel yang berpatroli di area pertanian di sebelah barat perbatasan bertemu dengan sekelompok pejuang Hamas yang ditempatkan di sana.
Baku tembak pun terjadi, yang mengakibatkan tewasnya dua tentara Israel dan satu pejuang Palestina. Para pejuang Hamas menangkap seorang perwira Israel, Letnan Hadar Goldin, dan membawanya ke sebuah terowongan.Â
Apa yang terjadi selanjutnya menjadi salah satu episode perang yang paling mematikan; penggunaan senjata api secara intensif oleh Israel, yang berlangsung selama empat hari dan menewaskan seratusan warga Palestina, menghancurkan ratusan rumah dan bangunan warga sipil lainnya.
4. November, 2012
Israel telah melanggar gencatan senjata informal pada hari Rabu, 14 November 2012, dengan membunuh komandan militer Hamas Ahmed Jabari dalam sebuah serangan udara
Ahmad Jabari bersama enam orang lainnya tewas dalam serangkaian serangan udara Israel di Jalur Gaza yang menyasar sebuah mobil di Kota Gaza sebelum pukul 4:00 sore (14:00GMT), saat Israel memulai operasi yang menargetkan kelompok-kelompok bersenjata.
Jabari dibunuh hanya beberapa jam setelah ia menerima draf perjanjian gencatan senjata permanen dengan Israel, yang mencakup mekanisme untuk mempertahankan gencatan senjata.
Tak lama setelahnya, Israel menggempur Jalur Gaza dengan 20 serangan udara lainnya, menewaskan lima orang lagi, dua di antaranya anak-anak.Â
Setidaknya 30 orang lainnya terluka dalam gelombang serangan terhadap target di seluruh wilayah yang menghantam Kota Gaza, kota utara Beit Lahiya, dan kota selatan Khan Yunis.
5. Juni, 2008
Mesir menjadi penengah gencatan senjata selama enam bulan antara Hamas dan Israel. Namun pada bulan November tahun itu, Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan 6 anggota Hamas dan melancarkan serangan Israel berikutnya ke Gaza hingga Desember 2008.
Menurut perjanjian yang ditengahi Mesir, Israel berjanji untuk menghentikan serangan udara dan serangan lainnya, sementara sebagai imbalannya, tidak akan ada serangan roket ke Israel dari Gaza.Â
Setelah gencatan senjata dilaksanakan, Israel akan secara bertahap mulai melonggarkan blokadenya terhadap Gaza.Â
Selama minggu pertama gencatan senjata, militan Jihad Islam dibawah Hamas menembakkan roket ke Israel menanggapi tindakan militer Israel di Tepi Barat pada waktu yang sama. Â
Pada tanggal 4 November 2008, Israel menyerbu Gaza, menewaskan enam militan Hamas dan secara efektif mengakhiri gencatan senjata.Â
Pada tanggal 20 Desember, Hamas mengumumkan tidak akan memperbarui gencatan senjata. Israel memulai Operasi Cast Lead, serangan darat dan udara terorganisasi terhadap target militer dan polisi di Gaza yang dikuasai Hamas, pada 27 Desember 2008, yang memicu konflik Gaza 2008-2009.