PBB: 30 Persen Korban Ranjau Darat-Peledak di Gaza, Sudan, Dan Ukraina adalah Anak-anak

VIVA Militer: Penduduk Gaza, Palestina, korban serangan militer Israel
Sumber :
  • wsj.com

Hamilton, VIVA - Seorang pejabat PBB mengecam komunitas internasional yang disebutnya gagal mengambil tindakan tegas untuk mengurangi penderitaan anak-anak di berbagai zona konflik.

PBB Sebut Israel Gagal Berikan Bukti Pembenaran Serangan ke RS di Gaza

"Jeritan anak-anak ini terdengar di seluruh zona konflik, tetapi sering kali dunia diam saja," kata Perwakilan Khusus PBB untuk Anak-Anak dan Konflik Bersenjata, Virginia Gamba, dalam pernyataannya pada malam Tahun Baru.

Menurut dia, dunia harus segera berbuat sesuatu karena menunda hanya akan menjadikan anak-anak sekadar angka dalam daftar panjang korban konflik.

Hampir 1.100 Bayi Tewas akibat Serangan Israel di Gaza sejak 2023, Menurut Otoritas Palestina

Rusia dilaporkan menyerang rumah sakit ibu dan anak di Mariupol, Ukraina

Photo :
  • Video BBC

Gamba menyoroti meningkatnya jumlah anak yang direkrut oleh kelompok-kelompok bersenjata di Kolombia, Sahel, Sudan, dan Haiti.

3 Hari Hilang, Jasad Pria Asal Madina Ditemukan di Perairan Pulau Situngkus Sibolga

"Pembunuhan dan cacat pada anak serta serangan terhadap sekolah dan rumah sakit berpotensi menjadi dua pelanggaran paling umum terhadap anak-anak dalam situasi konflik bersenjata pada 2024," katanya dalam pernyataan itu.

Dia juga mencatat bahwa 30 persen jumlah korban ranjau darat dan bahan peledak di berbagai zona konflik seperti seperti Gaza, Sudan, dan Ukraina adalah anak-anak.

Gamba menyerukan agar anak-anak di tempat-tempat itu segera diberikan bantuan kemanusiaan dan pelaksanaannya didasarkan pada hukum humaniter internasional, hukum hak asasi manusia, dan Konvensi Hak Anak.

Anak-anak terlihat di antara reruntuhan setelah serangan udara Israel di kota Deir el-Balah di Jalur Gaza tengah, Selasa, 2 April 2024.

Photo :
  • ANTARA/Xinhua

Dia juga meminta pembersihan ranjau dan bahan peledak di daerah-daerah berpenduduk dan pelarangan aksi militer terhadap sekolah.

Semua itu, kata dia, adalah "komitmen penting yang dapat membantu anak-anak bertahan hidup di tengah konflik bersenjata ketika orang dewasa enggan berkomitmen pada perdamaian."

"Saat memasuki tahun 2025, pilihlah kasih sayang dan perdamaian daripada ketidakpedulian dan perang," kata Gamba, seraya menekankan bahwa harapan anak-anak adalah hal yang penting bagi dunia. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya