Tim dari AS dan Boeing Ikut Penyelidikan Jeju Air, Ungkap Kesulitan akibat Black Box Rusak
- Yonhap News Agency
Muan, VIVA – Tim penyelidik dari pemerintah AS dan produsen pesawat Boeing telah tiba di lokasi kecelakaan Jeju Air di Bandara Internasional Muan untuk berpartisipasi dalam penyelidikan insiden tersebut. Hal itu disampaikan oleh pejabat Seoul, pada Selasa, 31 Desember 2024.
Menurut kementerian transportasi Seoul, satu anggota dari Badan Penerbangan Federal AS, tiga ahli dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) dan empat perwakilan dari Boeing telah bergabung dengan pejabat Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea (ARAIB) untuk melakukan penyelidikan di lokasi kecelakaan.
Tim AS tiba di Korea pada hari Senin, 30 Desember 2024, melalui Bandara Internasional Incheon dan melakukan perjalanan langsung ke Muan, sekitar 290 kilometer barat daya Seoul, untuk mempersiapkan penyelidikan.
Berdasarkan konvensi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, negara tempat kecelakaan terjadi bertanggung jawab untuk memulai penyelidikan.
Negara-negara yang memiliki kepentingan dalam insiden tersebut, seperti operator dan produsen pesawat, dan negara-negara yang memiliki korban berhak untuk berpartisipasi.
Thailand, yang kehilangan dua warga negaranya dalam kecelakaan tersebut, dilaporkan memilih untuk tidak mengambil bagian dalam investigasi ini.
"Perwakilan AS dan Boeing, bersama dengan 11 anggota ARAIB Korea, saat ini sedang menilai reruntuhan dan puing-puing di lokasi kecelakaan, mencari komponen yang dapat memberikan petunjuk tentang penyebab kecelakaan," menurut kementerian, dikutip dari The Korea Times, Selasa, 31 Desember 2024.
Setelah pemeriksaan di tempat, investigasi akan dilanjutkan ke tahap analisis, yang akan melibatkan pemeriksaan bukti yang ditemukan dan data yang diambil dari dua kotak hitam pesawat.
Perekam data penerbangan pesawat, salah satu kotak hitam (black box), ditemukan mengalami kerusakan eksterior.
Perekam juga ditemukan kehilangan konektor yang menghubungkan unit penyimpanan datanya ke catu daya.
"Pihak berwenang sedang memeriksa metode teknis untuk mengekstrak data meskipun tidak ada konektor," ujar Joo Jong-wan, kepala kebijakan penerbangan di kementerian transportasi.
Kotak hitam kedua, perekam suara kokpit, dilaporkan dalam kondisi yang relatif lebih baik.
Tim investigasi akan segera memutuskan apakah akan mencoba memperbaiki dan menganalisis kotak hitam yang rusak di dalam negeri atau mengirim perangkat tersebut ke NTSB di AS untuk pemeriksaan lebih lanjut. (ant)