Tangis Keluarga Korban Jeju Air Pecah saat Menunggu Kepastian di Bandara Muan
- EPA-EFE
Korsel, VIVA – Sebuah tragedi besar terjadi di Bandara Internasional Muan (MXW), Korea Selatan pada Minggu, 29 Desember 2024. Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Jeju Air mengalami kecelakaan mengerikan saat tergelincir di landasan pacu dengan kecepatan tinggi. Pesawat itu menabrak dinding dan kemudian meledak serta terbakar.
Pesawat tersebut membawa 181 orang, termasuk awak dan penumpang. Dari jumlah itu, dua awak pesawat berhasil diselamatkan dari bagian ekor yang terbakar. Namun, nasib tragis menimpa 179 orang lainnya yang dipastikan meninggal dunia beberapa jam setelah kejadian.Â
Hal ini menjadikan kecelakaan dengan bencana penerbangan terburuk di Korea Selatan dalam hampir 30 tahun terakhir dan salah satu yang paling fatal di tanah Korea Selatan.
Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan. Para pejabat mencurigai adanya masalah pada roda pendaratan yang tampak tidak berfungsi. Selain itu, ada spekulasi bahwa pesawat mungkin terkena serangan burung (bird strike) sebelum mencoba melakukan pendaratan darurat.Â
Tim penyelidik sedang bekerja keras untuk mengumpulkan bukti dari lokasi kecelakaan dan memeriksa data penerbangan untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.
Di Bandara Muan, suasana duka menyelimuti keluarga penumpang yang menunggu kabar dengan penuh kecemasan. Ratapan dan tangisan terdengar di aula kedatangan saat pihak berwenang menempelkan daftar nama korban tewas di dinding. Para anggota keluarga segera bergegas memeriksa daftar tersebut berharap menemukan nama orang yang mereka cintai.
Salah satu kisah paling memilukan datang dari Tuan Jang Gu-ho, seorang pria berusia 68 tahun yang duduk dengan tenang di samping istrinya yang menangis. Lima anggota keluarganya, termasuk putrinya, menantu laki-lakinya, dua cucu dan saudara perempuan istrinya berada di dalam pesawat.Â
"Kami sangat terkejut," ujarnya singkat, dilansir dari The Straits Times.
Tragedi ini juga menghadirkan tantangan besar dalam mengidentifikasi para korban. Banyak jenazah rusak parah akibat ledakan dan kebakaran sehingga sulit untuk mengenali mereka secara langsung. Beberapa korban yang berhasil diidentifikasi adalah seorang pramugari muda berusia 23 tahun dan seorang penumpang pria berusia 78 tahun.
Para petugas medis dan forensik bekerja keras untuk memastikan identitas semua korban. Hal ini dilakukan agar keluarga dapat membawa pulang jenazah orang yang mereka cintai untuk dimakamkan dengan layak.