Jatuhnya Rezim Assad Bangkitkan Ekonomi Suriah, Pasar Kuno Era Ottoman Kembali Ramai

Umat Kristen di ibu kota Suriah, Damaskus, merayakan Natal pada Selasa, 24 Desember 2024, dengan mengadakan doa bersama di sejumlah gereja.
Sumber :
  • ANTARA/Anadolu

Damaskus, VIVA - Jatuhnya rezim Assad pada 8 Desember membawa kelegaan nyata bagi warga dan ekonomi Suriah.

Presiden Prabowo Dinilai Bisa Lakukan Ini soal PPN Jadi 12 Persen pada 2025

Jatuhnya rezim tidak hanya menyingkirkan kekuatan penindas seperti militer, polisi, dan mafia tetapi juga menandai dimulainya babak ekonomi baru, menurut warga Suriah.

Di bawah pemerintahan baru, pembatasan ketat terhadap perdagangan mata uang--yang dahulu dapat dihukum penjara hingga tujuh tahun--telah dicabut, bersamaan denda besar.

Respons Kejagung soal Denda Damai untuk Koruptor

VIVA Militer: Foto Bashar al-Assad rusak terkena tembakan

Photo :
  • AP/Omar Albam

Peraturan ekspor impor dipermudah, dan upah pegawai publik meningkat hingga 300 persen, menurut pernyataan pemerintah. Bank-bank kembali dibuka dan bahkan panjangnya antrean di ATM di Damaskus menjadi pemandangan umum.

Rusia Pindahkan Rudal Canggih dari Suriah ke Benghazi dan Tobruk

Harga komoditas seperti tepung, gula, dan bahan bakar mulai turun. Di bawah Assad, tentara yang berpenghasilan 35 dolar AS ( 570.000 rupiah) per bulan dilaporkan bertindak sebagai penegak mafia, memeras uang dari warga dan bisnis.

Saat rezim berkuasa pejabat tinggi mereka memonopoli bahan-bahan pokok, membuat harga meningkat melalui suap dan skema pasar gelap.

“Sejak 8 Desember, semuanya berubah 180 derajat,” kata Wisam Bakdash, manajer generasi ketiga Bakdash Ice Cream di Al-Hamidiyah Souq yang ikonik.

VIVA Militer: Pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) di Suriah

Photo :
  • Channel 4

"Warga berbelanja ketika mereka bahagia, namun rasa takut membuat mereka enggan membeli. Sekarang, keamanan ekonomi, masyarakat dan bahkan wajah mereka telah berubah, yang dulunya muram, sekarang tersenyum,” kata Bakdash kepada Anadolu.

Ia mencatat bahwa pencabutan pembatasan pertukaran mata uang telah menyebabkan harga turun, sehingga kebutuhan pokok seperti gula dan (minuman) salep menjadi lebih terjangkau.

Ia menambahkan bahwa tokoh-tokoh yang terkait dengan rezim sebelumnya mengendalikan barang-barang ini untuk menaikkan harga demi keuntungan pribadi.

Dengan membaiknya situasi ekonomi di Suriah, Pasar Al-Hamidiyah, yang dibangun pada era Ottoman, telah kembali ramai. Papan nama toko kini mengiklankan penukaran mata uang dalam dolar, euro, dan lira Turki, sementara pedagang kaki lima memanggil calon pelanggan.

Sebelumnya, membawa mata uang asing merupakan pelanggaran yang dapat dijatuhi hukuman penjara, sekarang menjadi hal yang lumrah, di mana penduduk Suriah dapat secara terbuka memperdagangkan uang di pasar.

Sebuah spanduk dipasang untuk merayakan kemerdekaan Suriah dipasang mencolok di pasar, sementara kawasan Kristen di Kota Tua Damaskus dihiasi dekorasi perayaan Natal.

Masyarakat terlihat memakai busana penuh warna saat meninggalkan gereja, menambah suasana kota yang semarak.

Kebangkitan ekonomi juga terlihat dalam praktik bisnis. Mesin hitung uang, yang dulunya langka, kini ada di mana-mana di toko-toko dan pasar.

Dengan uang kertas Suriah terbesar--5.000 lira (8.000 rupiah)--yang hanya cukup untuk membeli setengah liter air, warga Suriah sering membawa setumpuk uang tunai untuk transaksi harian. Meskipun kartu bank berfungsi, biaya rekening yang tinggi membuat banyak orang enggan menggunakannya. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya