Dubes Rusia Ungkap Alasan Negaranya Beri Suaka kepada Mantan Presiden Suriah Assad
- ANTARA/Cindy Frishanti
Jakarta, VIVA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov mengatakan keputusan pemerintah Rusia untuk memberikan suaka kepada mantan presiden Suriah Bashar al-Assad adalah keputusan yang baik.
Dalam arahan pers di Jakarta, Jumat, 20 Desember 2024, Tolchenov mengatakan pemberian suaka kepada Bashar al-Assad, adalah keputusan yang baik dan tepat secara politis dan kemanusiaan.
“Dia adalah mitra kami, dia adalah teman negara saya dan saya benar-benar percaya demikian. Bahkan jika sesuatu terjadi dengan teman-teman kita, kita tidak boleh meninggalkan mereka,” kata Tolchenov, sembari menambahkan bahwa Assad merupakan mitra Rusia dan berada di pihak Rusia.
Dubes Tolchenov menyebutkan biar sejarah dan orang-orang Suriah yang menilai semua hal yang baik dan buruk yang telah terjadi selama pemerintahan Assad.
Pada November 2024, pemberontak Suriah melancarkan serangan dengan tujuan menggulingkan Assad, dan pada Desember 2024, pemberontak memasuki ibu kota Suriah, Damaskus, kemudian Assad kemudian melarikan diri ke Moskow dan diberi suaka oleh pemerintah Rusia.
Terkait Ukraina, Tolchenov mengatakan akar permasalahan konflik Rusia dan Ukraina harus diselesaikan agar konflik serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.
“Akarnya adalah tidak bergabungnya Ukraina dengan NATO, tidak ada pangkalan militer NATO di wilayah Ukraina, demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, dan menaati hak-hak penduduk berbahasa Rusia, melindungi hak-hak penduduk berbahasa Rusia di Ukraina,” jelas Tolchenov.
Tolchenov mengeklaim bahwa AS dan beberapa negara Barat lainnya tidak pernah membicarakan tentang hak asasi manusia di Ukraina, terutama hak-hak penduduk berbahasa Rusia, walaupun sebenarnya mereka memahami bahwa hal itu bagian penting dari konflik yang terjadi.
“Ketika Zelenskyy menyebut semua orang yang berbicara bahasa Rusia bukan warga negara, bukan manusia, tapi hewan, ini bukan cerita yang bagus,” ujar Tolchenov, menegaskan lagi bahwa akar permasalahan konflik itu harus diselesaikan jika tidak ingin terus berulang pada masa depan. (ant)