Saling Serang, Rusia Gunakan Rudal dari Korea Utara untuk Hancurkan Ukraina
- Al Jazeera
Kyiv, VIVA – Serangan rudal balistik Rusia menghantam ibu kota Ukraina, Kyiv pada jumat dini hari, 20 Desember 2024. Serangan itu menewaskan satu orang dan sembilan lainnya luka seperti dilaporkan AP News.
Setidaknya tiga ledakan besar mengguncang Kyiv, menghancurkan sejumlah bangunan dan memicu kebakaran di tiga distrik utama. Menurut pemerintah kota, serpihan rudal yang jatuh merusak 630 bangunan tempat tinggal, 16 fasilitas medis, serta 30 sekolah dan taman kanak-kanak.
Selain itu, jaringan pemanas di daerah-daerah tersebut dilaporkan lumpuh, menambah penderitaan warga yang menghadapi suhu dingin musim dingin.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim serangan ini adalah balasan atas serangan rudal Ukraina yang menghantam wilayah perbatasan Rostov, Rusia, menggunakan senjata buatan Amerika Serikat seperti Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) dan rudal Storm Shadow yang disediakan Inggris.
"Tujuan serangan telah tercapai. Semua target berhasil dihancurkan,” ungkap Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan melalui Telegram.
Rudal Korea Utara dalam Konflik Ukraina.
Dilansir kantor berita Al Jazeera, menurut penelitian yang disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB, sisa-sisa empat rudal Korea Utara yang ditemukan di Ukraina pada Juli dan Agustus termasuk satu yang diduga diproduksi pada tahun 2024.
Korea Utara mampu memproduksi rudal balistik dan memasoknya ke Rusia untuk digunakan di Ukraina dalam hitungan bulan, demikian disampaikan para peneliti kepada Dewan Keamanan PBB (DK PBB), menyusul penemuan sisa-sisa rudal Korea Utara di medan perang Ukraina.
Dalam pernyataan yang dirilis oleh media resmi Korea Utara, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri menuduh Amerika Serikat dan sekutunya memperpanjang perang di Ukraina serta menciptakan ketidakstabilan di Eropa dan Asia Pasifik.
"Kegilaan respons dari pasukan musuh mengindikasikan bahwa peningkatan kerja sama antara Pyongyang dan Moskow secara efektif menghalangi perluasan pengaruh AS dan Barat yang tidak dimaksudkan dengan baik", kata pejabat tersebut dikutip Al Jazeera.
Bahkan, lebih dari 10.000 tentara Korea Utara dilaporkan telah dikerahkan untuk membantu Rusia, meskipun baik Moskow maupun Pyongyang belum secara resmi mengonfirmasi keberadaan pasukan tersebut.