Blak-blakan, Presiden Cile Sebut Netanyahu Penjahat Perang
- Instagram @gabrielboric
Santiago, VIVA – Presiden Cile, Gabriel Boric menggambarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai penjahat perang dan menegaskan kembali seruannya untuk mengakhiri genosida di Gaza.
Berbicara dalam acara Natal tahunan yang diselenggarakan oleh komunitas Palestina di Cile, Boric mengatakan, "Pada saat ini, saat kita merayakan Natal, yang melambangkan harapan dan kemanusiaan, kita harus bergerak dan memikirkan penderitaan rakyat Palestina di Gaza."
Boric menekankan bahwa tindakan pemerintah Netanyahu di Gaza adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak boleh diabaikan.
Ia menambahkan bahwa ia telah mengangkat isu standar ganda ketika menerapkan hak asasi manusia, selama partisipasinya dalam KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, bulan lalu.
"Sulit untuk berbicara tentang hak asasi manusia sambil menutup mata terhadap genosida yang terjadi di Gaza. Membela kemanusiaan tidak menoleransi tindakan setengah-setengah," ungkap Boric, dikutip dari Middle East Monitor, Jumat, 20 Desember 2024.
Boric pun meminta masyarakat internasional untuk mengambil langkah konkret guna menghentikan pembantaian di Gaza.
Dia menekankan bahwa Natal seharusnya menjadi kesempatan untuk refleksi dan aksi demi perdamaian, tidak hanya di Gaza, tetapi juga di Tepi Barat.
Ini bukan pertama kalinya Boric menggambarkan Netanyahu sebagai penjahat perang. Pada bulan Juni lalu, presiden Cile juga menyebut Netanyahu sebagai penjahat perang selama KTT Perdamaian Ukraina yang diadakan di Swiss.
Sebagai informasi, Cile bergabung dengan kasus Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) pada bulan September, di mana Israel dituduh melakukan genosida di Gaza.
Sebanyak 620 pengacara Cile mengajukan pengaduan ke Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) pada bulan Maret terkait kejahatan genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Netanyahu, Menteri Pertahanannya yang diberhentikan Yoav Gallant, dan Kepala Stafnya Herzi Halevi, dan menuntut penahanan mereka sebagai tindakan pencegahan.