Kota di Jepang Cari Wali Kota Baru dengan Aplikasi Lowongan Kerja, Warga Biasa Bisa Daftar

Shuhei Azuma, Wali Kota Shijonawate
Sumber :
  • Istimewa

Osaka, VIVA – Shuhei Azuma, Wali Kota Shijonawate di Prefektur Osaka, mengambil langkah tak biasa menjelang akhir masa jabatannya. Ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali dalam pemilu 22 Desember 2024 mendatang dan membuka peluang bagi masyarakat umum untuk menjadi penggantinya melalui platform pencarian kerja, En Japan.

PM Jepang Bakal Beri Kapal Patroli Kecepatan Tinggi ke Indonesia

Langkah ini bertujuan memperluas peluang bagi mereka yang berminat menjadi pemimpin kota tetapi tidak memiliki latar belakang politik.

"Dengan bekerja sama dengan perusahaan seperti En Japan, yang ahli dalam mendukung perubahan karier, saya pikir kami bisa menjangkau lebih banyak orang dan menyampaikan pesan bahwa menjadi wali kota adalah karier yang bisa dikejar," ujar Azuma, dilansir dari Japan Times, Kamis 12 Desember 2024.

Bertemu Prabowo, PM Jepang Bakal Kirimkan Tenaga Ahli Bantu Program Makan Bergizi Gratis

Rekrutmen ini dimulai pada 25 September 2024 dan telah menarik lebih dari 200 pelamar dari berbagai latar belakang. Kandidat yang terpilih akan mendapatkan dukungan penuh dari organisasi politik Azuma, Shijonawate People Power, termasuk pelatihan dalam menjalankan kampanye.

Salah satu kandidat terpilih, Yuji Shinohara, seorang mantan pegawai PBB, awalnya dipilih untuk maju. Namun, karena kondisi kesehatan yang mendadak, ia terpaksa mundur.

Megawati Berterima Kasih ke Prabowo, WNI Bangun Masjid di Jepang Banyak yang Mualaf

Sebagai pengganti, Azuma memperkenalkan Sho Zeniya, mantan pegawai kantor kota Shijonawate, sebagai kandidat baru, hanya dua minggu sebelum masa kampanye dimulai.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Jepang

Photo :
  • Istimewa

Langkah ini menjadi perhatian publik karena untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir, wali kota petahana tidak ikut dalam pemilu di Shijonawate.

Selain Zeniya, kandidat independen lainnya, Yutaka Watanabe, juga telah mengumumkan pencalonannya. Hal ini menandai perubahan signifikan dalam dinamika politik kota tersebut, yang sebelumnya sering diwarnai dengan minimnya kompetisi dalam pemilu.

Azuma mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tingginya angka pemilu tanpa lawan di Jepang. Menurutnya, banyak daerah yang menghadapi masalah serius seperti penurunan populasi, tetapi pemilu tetap berlangsung tanpa kompetisi, sehingga rakyat tidak memiliki pilihan.

"Ini adalah situasi yang sangat memprihatinkan, di mana kehendak rakyat seharusnya diekspresikan melalui pemungutan suara, tetapi tidak ada opsi yang bisa dipilih," katanya.

Meski langkah ini menuai beberapa kritik, Azuma berharap inisiatif ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam politik lokal. Ia juga ingin memastikan bahwa warga yang memiliki keinginan memimpin komunitasnya mendapatkan peluang untuk melakukannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya