Kemlu Rusia: Bashar Al Assad Mundur Sebelum Tinggalkan Suriah

VIVA Militer: Presiden Suriah, Bashar al-Assad
Sumber :
  • Middle East Eye

Moskow, VIVA – Presiden Bashar al-Assad telah mengundurkan diri sebelum meninggalkan Suriah. Hal itu disampaikan oleh kementerian luar negeri Rusia, pada Minggu, 8 Desember 2024.

PBB Sebut "Peluang Besar" Sekaligus "Ancaman Serius" terhadap Kedaualatan dan Integritas Suriah

"Sebagai hasil negosiasi antara B. Assad dan sejumlah pihak dalam konflik bersenjata di wilayah Republik Arab Suriah, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan dan meninggalkan negara tersebut, dengan memberikan instruksi untuk peralihan kekuasaan secara damai," kata Kementerian Luar Negeri Suriah, dikutip dari Deccan Herald, Senin, 9 Desember 2024.

"Rusia tidak berpartisipasi dalam diskusi ini," tambahnya.

2 Tentara Ukraina Dieksekusi Mati, Kepalanya Jebol Ditembak Jarak Dekat

Mundurnya al-Assad merupakan sebuah kejatuhan yang mengejutkan bagi diktator yang telah lama berkuasa itu, setelah pemberontak yang menentang pemerintahannya menyerbu ke seluruh negeri dan menguasai ibu kota dalam waktu kurang dari dua minggu.

Kepergian Assad merupakan momen yang menggemparkan dalam sejarah Suriah, yang telah diperintah oleh keluarganya dengan tangan besi sejak awal tahun 1970-an.

Kemenangan Pemberontak di Suriah Picu Ketakutan China

VIVA Militer: Rakyat Suriah merayakan tumbangnya rezim Bashar al-Assad

Photo :
  • AFP/Louai Beshara

Runtuhnya rezim itu menandai terobosan dramatis bagi faksi pemberontak di Suriah yang telah berusaha menggulingkan Assad selama lebih dari satu dekade, yang sebagian besar ditandai oleh perang saudara yang menghancurkan.

Bagi banyak orang di Suriah, jatuhnya Assad merupakan momen yang penuh harapan karena mereka tidak lagi takut pada rezim yang telah menggunakan taktik represif untuk merampas kebebasan mereka.

Namun, momen ini juga dipenuhi ketidakpastian tentang siapa yang akan memerintah Suriah berikutnya dan menimbulkan kekhawatiran akan kekosongan kekuasaan di negara yang telah terpecah belah dengan berbagai faksi yang bersaing untuk menguasai berbagai wilayah.

"Hati kami menari dengan sukacita," kata Walaa Salameh, seorang warga wilayah Damaskus, dalam sebuah wawancara.

"Kami tidak dapat memprediksi masa depan, dan segala sesuatu mungkin terjadi, tetapi yang terpenting adalah kami telah menyingkirkan rezim yang represif ini," sambungnya

Sebelumnya, pada hari Minggu, koalisi pemberontak utama, Hayat Tahrir al-Sham, telah mengumumkan di saluran Telegramnya bahwa mereka telah merebut ibu kota, Damaskus, dan bahwa pasukan Suriah telah mundur.

Kemudian dikatakan bahwa rezim Assad telah jatuh dan bahwa Damaskus bebas dari tiran.

Peristiwa tersebut mengakhiri dua minggu yang mengejutkan di mana koalisi kelompok pemberontak yang telah terkepung di sudut kecil wilayah barat laut Suriah menyapu kota-kota besar negara itu, dan menghancurkan kebuntuan dalam perang saudara Suriah yang telah berlangsung selama 13 tahun.

Ketika laporan menyebar tentang pasukan pemerintah Suriah yang melarikan diri dari pos mereka dan menanggalkan seragam mereka, suara tembakan meletus di Damaskus pada hari Minggu, kata para saksi mata.

Menjelang pagi, jalan-jalan sebagian besar kosong, tetapi suara tembakan masih bergema.

"Tidak seorang pun boleh meneteskan air mata atas berakhirnya rezim Assad," ujar Daniel B. Shapiro, wakil asisten menteri pertahanan AS untuk Timur Tengah, di Bahrain sebelum kementerian luar negeri Rusia mengeluarkan pernyataan tersebut.

Di tengah pertanyaan yang beredar mengenai keberadaan Assad, Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, mengatakan bahwa ia belum berbicara dengannya sejak Sabtu, 7 Desember 2024.

Ghazi mengatakan bahwa ia akan tetap tinggal di negara itu dan siap bekerja dengan siapa pun yang dipilih warga Suriah sebagai pemimpin mereka.

Hayat Tahrir al-Sham mengatakan akan bekerja sama dengan Ghazi dan meminta pasukan militer Suriah di Damaskus untuk menjauh dari lembaga-lembaga publik, yang katanya akan tetap berada di bawah pengawasan Ghazi hingga mereka secara resmi diserahkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya