Sosok Abu Mohammed al-Julani, Panglima Kelompok Militan Hayat Tahrir al-Sham yang Berhasil Usir Presiden Al-Assad
- Reuters
Damaskus, VIVA – Panglima kelompok Militan (HTS), Abu Mohammed al-Julani menyatakan telah merebut ibu kota Damaskus di Suriah pada Minggu, 8 Desember 2024.
Para pejuang oposisi telah memasuki jantung kota Damaskus, Suriah dan mendeklarasikan era baru yang bebas dari balas dendam.
Presiden Suriah Bashar al-Assad terbang meninggalkan Damaskus menuju tujuan yang tidak diketahui pada hari Minggu 8 Desember 2024.
Dilansir dari Reuters, ribuan orang yang mengendarai mobil dan berjalan kaki berkumpul di alun-alun utama di Damaskus sambil melambaikan tangan dan meneriakkan "Kebebasan" dari kekuasaan panjang keluarga Assad.
"Kami merayakan bersama rakyat Suriah berita pembebasan tawanan kami, pelepasan rantai mereka, dan pengumuman berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya," kata para pemberontak.
Lantas bagaimanakah sosok Panglima kelompok Militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Julani?
Profil dan Sepak Terjang Abu Mohammed al-Julani
Abu Mohammed al-Julani, lahir dengan nama Ahmed Hussein al-Shar’a pada 1982 di Riyadh, Arab Saudi, adalah Panglima kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Sebelum memimpin HTS, pada 2003 ia bergabung dengan al-Qaeda di Irak sebagai bagian dari perlawanan terhadap invasi Amerika Serikat.
Ia pernah ditahan selama lima tahun oleh pasukan Amerika Serikat di Irak pada 2006, al-Julani kemudian ditugaskan untuk mendirikan cabang al-Qaeda di Suriah, Front al-Nusra, yang memperluas pengaruhnya di wilayah yang dikuasai oposisi, khususnya Idlib pada 2011.
Al-Julani menginginkan Suriah harus diperintah berdasarkan interpretasi kelompoknya tentang “hukum Islam” dan kaum minoritas di negara tersebut, seperti Kristen dan Alawi, tidak akan diakomodasi.
Front al-Nusra sebagai cabang Al-Qaeda di Suriah, yang kemudian bertransformasi menjadi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pada 2017.
Dilansir Econtimes, di bawah kepemimpinannya, HTS telah menjadi kekuatan oposisi bersenjata paling kuat di Suriah, dengan tujuan menggulingkan rezim Bashar al-Assad dan mendirikan pemerintahan Islam sesuai interpretasi mereka atas hukum Syariah.
Ia dikenal sebagai ahli strategi, berhasil mengonsolidasikan berbagai kelompok bersenjata di Idlib dan wilayah sekitarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berusaha melepaskan diri dari citra ekstremisme global untuk fokus pada isu-isu nasional Suriah.
HTS di bawah al-Julani menguasai Damaskus melalui serangkaian pertempuran dan strategi diplomasi. Keberhasilannya dipengaruhi oleh lemahnya kekuatan pemerintah Assad, termasuk desertasi militer dan menurunnya dukungan dari sekutu seperti Rusia dan Iran.
Al-Julani juga memperkuat militer HTS dengan membentuk akademi militer dan unit pasukan khusus.