Menteri Pertahanan Korea Selatan Mengundurkan Diri Akibat Krisis Darurat Militer
- Ist
Korea Selatan, VIVA – Korea Selatan sedang menghadapi situasi yang penuh ketegangan, baik di dunia politik maupun militer. Presiden Yoon Suk-yeol baru saja mengganti Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun di tengah kontroversi besar. Sebagai penggantinya, Presiden Yoon menunjuk Choi Byung-hyuk, seorang mantan jenderal angkatan darat yang memiliki pengalaman luas di bidang militer.
Choi Byung-hyuk pernah menjabat sebagai wakil komandan Komando Pasukan Gabungan Korea Selatan-Amerika Serikat pada tahun 2019-2020.
Dilansir dari Al Jazeera, Presiden Yoon berharap Choi bisa memperkuat militer Korea Selatan dan menjaga aliansi erat dengan Amerika Serikat, terutama di tengah meningkatnya ancaman keamanan di kawasan.
Masalah ini bermula ketika Menteri Pertahanan sebelumnya, Kim Yong-hyun, menyarankan Presiden Yoon untuk mengumumkan darurat militer pada Selasa, 4 Desember 2024 malam.
Langkah ini dilakukan setelah muncul ketegangan politik yang memanas. Namun, usulan ini mendapat penolakan keras dari parlemen.
Ratusan tentara sempat dikerahkan ke kompleks Majelis Nasional di Seoul, tetapi situasi ini berubah cepat setelah Presiden Yoon mencabut keputusan darurat militer pada Rabu dini hari. Para tentara pun kembali ke barak.
Meski begitu, keputusan ini tidak menghentikan kritik terhadap Yoon. Banyak pihak, terutama partai oposisi, menuduh Presiden Yoon mencoba menggunakan militer untuk mempertahankan kekuasaannya.
Pada Kamis pagi 5 Desember 2024, parlemen Korea Selatan, yang didominasi oleh oposisi mengajukan mosi untuk memakzulkan Presiden Yoon.
Tidak hanya itu, Presiden Yoon juga menghadapi penyelidikan hukum. Polisi Korea Selatan sedang menyelidiki tuduhan "pemberontakan" terhadap Yoon dan beberapa pejabat penting lainnya.
Tuduhan ini sangat serius karena pemberontakan dianggap sebagai kejahatan berat yang tidak dilindungi oleh kekebalan presiden dan bisa berujung pada hukuman mati.
Di tengah masalah dalam negeri, Korea Selatan juga menghadapi tantangan eksternal. Pada waktu yang sama, perjanjian pertahanan bersama antara Korea Utara dan Rusia mulai berlaku.
Pakta ini yang ditandatangani pada bulan Juni oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menyatakan bahwa kedua negara akan saling membantu secara militer jika salah satu menghadapi ancaman bersenjata.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran di Korea Selatan yang kini harus memperkuat pertahanan dan bekerja lebih erat dengan Amerika Serikat untuk menjaga stabilitas di kawasan.
Dengan berbagai tekanan yang dihadapi, mulai dari mosi pemakzulan, penyelidikan hukum, hingga ancaman eksternal, Presiden Yoon berada di posisi yang sulit. Penunjukan Choi Byung-hyuk sebagai Menteri Pertahanan baru dianggap sebagai langkah strategis untuk memastikan kesiapan militer Korea Selatan.