Rusia: Penggunaan Rudal Jarak Jauh AS oleh Ukraina Picu "Gelombang Ketegangan Baru"
- insider.com
Istanbul, VIVA - Kantor presiden Rusia, Kremlin, pada Senin, 18 November 2024, mengatakan kemungkinan penggunaan rudal jarak jauh AS terhadap target di Rusia pada akhirnya akan menyebabkan "gelombang ketegangan baru".
Pernyataan itu dikeluarkan Kremlin di tengah laporan media bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang akan turun dari jabatan, mengizinkan pencabutan pembatasan penggunaan rudal oleh Ukraina.
Pada Minggu, banyak media, termasuk The New York Time, dengan mengutip pejabat anonim, melaporkan bahwa Biden telah mengizinkan penggunaan rudal ATACMS oleh Ukraina untuk serangan di dalam Rusia.
Izin tersebut menandai perubahan besar dalam kebijakan AS menjelang pelantikan presiden terpilih Donald J. Trump pada Januari 2025.
Jika keputusan seperti itu benar-benar dirumuskan dan dikomunikasikan kepada pemerintah Ukraina, menurut juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, akan ada babak baru ketegangan.Â
"Tentu saja ini adalah babak ketegangan baru secara kualitatif dan situasi baru secara kualitatif dari sudut pandang keterlibatan AS dalam konflik ini," katanya kepada wartawan di Moskow.
Sambil menyatakan bahwa posisi Rusia harus benar-benar jelas bagi semua pihak, ia mengatakan sinyal-sinyal tersebut dibaca oleh negara-negara Barat.Â
Posisi tersebut, ujar Peskov, juga telah disuarakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri selama pertemuan dengan para kepala kantor berita internasional terkemuka di St. Petersburg pada Juni.
Peskov lebih lanjut mengatakan sikap Putin mengenai masalah tersebut telah dirumuskan "dengan sangat jelas dan tidak ambigu."
Jubir menyiratkan bahwa pihak Rusia mengetahui informasi tersebut hanya berdasarkan pemberitaan media Barat.
Peskov juga mengatakan bahaya yang dilihat oleh Kremlin sehubungan dengan masalah tersebut adalah bahwa serangan jarak jauh tersebut tidak dilakukan oleh Ukraina, melainkan oleh negara-negara yang memberikan izin kepada Kiev.
"Ini secara radikal mengubah modalitas keterlibatan mereka dalam konflik (di Ukraina)," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pemerintahan Biden yang akan berakhir bermaksud mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan ketegangan pada perang Rusia-Ukraina. (ant)