Pakar: Trump Menang karena Ada Lobi-lobi Yahudi Agar AS Bisa 100% di Belakang Israel
- (AP Photo/Alex Brandon)
Jakarta, VIVA - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump memenangkan Pilpres AS 2024. Trump akan menduduki kembali Gedung Putih dengan menjabat Presiden AS ke-47.
Kemenangan Trump memunculkan spekulasi terkait konflik di Gaza, Palestina dan perang antara Ukraina dengan Rusia. Pakar hubungan internasional Prof Hikmahanto Juwana menganalisa kemenangan Trump akan berdampak terhadap dunia.
Menurut dia, ada beberapa negara, tentu menyambut baik Trump kembali jadi Presiden AS. Meskipun, ada juga sebaliknya ada negara-negara yang menganggap bahwa Trump ini justru akan membuat dunia tidak aman.
"Saya melihatnya begini. Presiden Trump ini menang karena saya yakin karena ada lobi-lobi Yahudi yang ingin memastikan Trump lah yang akan jadi Presiden AS sehingga AS bisa 100 persen berada di belakang Israel," kata Hikmahanto dalam Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne yang dikutip VIVA pada Jumat, 8 November 2024.
Namun, ia menyoroti pidato kemenangan Trump yang berjanji tak akan memulai konflik perang. Dengan pidato itu, Trump diprediksi akan menekan Iran agar menghentikan serangan ke Israel.
"Kamu harus hentikan proxy-proxy kamu menyerang Israel. Kalau kamu tetap melakukan itu dan Israel akan membalas, kami AS akan berada 100 persen di belakang Israel. Dan, akan membinasakan Iran," jelas Hikmahanto.
Bagi dia, figur Trump yang terpilih jadi Presiden AS akan membuat banyak negara khawatir. Sebab, dikhawatirkan eskalasi perang di Timur Tengah akan besar.Ā "Dan, ini akan berdampak terhadap dunia dan berdampak terhadap Indonesia," lanjutnya.
Menurut dia, jika Iran menyanggupi permintaan Trump agar tak menyerang Israel maka perdamaian di Timur Tengah akan terjadi. Kata dia, pendekatan yang diusulkan untuk penyelesaian konflik Israel-Palestina atau dikenal two state solution bisa terimplementasi.
"Dan, Trump akan mengatakan kepada Israel sekarang akui Palestina sebagai negara sehingga two state solution itu bisa terjadi," kata Hikmahanto.Ā
"Dengan catatan bahwa Trump akan bilang ke Iran awas kalau Hamas menyerang Israel setelah adanya two state solution," sebutnya.
Lebih lanjut, dia bilang Israel khawatir jika Palestina diakui kemerdekannya tetapi masih terus dapat serangan dari Hamas. Kondisi itu yang membuat Israel merasa tak terjamin.
"Sehingga lebih baik kalau Palestina berada di tangan Israel dan dia bisa melakukan tindakan-tindakan policy meskipun itu melanggar HAM, melanggar ketentuan kejahatan internasional," tutur Hikmahanto.
Lalu, untuk konflik Ukraina-Rusia, ia menilai agak pelik. Dia mengatakan demikian karena merujuk pernyataan salah satu pemimpin di Eropa yang khawatir kemenangan Trump berdampak terhadap menurunnya komitmen AS terkait Ukraina.Ā
Sosok Trump dinilai punya perbedaan dengan Joe Biden terkait konflik Ukraina vs Rusia. Salah satu alasannya karena Trump punya komunikasi yang baik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Karena Donald Trump punya hubungan baik dengan Presiden Putin pada waktu beliau berkuasa," kata Hikmahanto.Ā
Selain itu, Trump juga bisa menjalin komunikasi dengan Korea Utara yang saat ini jadi 'sekutu' dari Rusia.
"Dan, juga bisa melakukan komunikasi dengan petinggi dari Korea Utara. Ingat di Ukraina itu ada pasukan dari Korea Utara yang ditaruh di sana membantu Rusia untuk menyerang Ukraina," ujarnya.
Menurut dia, dengan kondisi itu membuat banyak negara meragukan komitmen Trump soal Ukraina.
"Ini yang akan membuat banyak negara khawatir terkait komitmen AS di Eropa tidak sama seperti komitmen Joe Biden di Eropa," tuturnya.