Persaingan Sengit Pemilu AS, Benarkah Kekalahan Donald Trump Bisa Memicu Kerusuhan?
- AP Photo/Gerald Herbert
Amerika Serikat, VIVA – Saat ini, pemilu Amerika Serikat tengah berlangsung dan menampilkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris. Kampanye kedua kandidat berlangsung dengan sangat sengit, memperlihatkan perbedaan visi yang tajam dan mendapatkan perhatian luas dari masyarakat.
Namun, di tengah ketatnya persaingan ini, muncul pertanyaan yang mengundang kekhawatiran, jika Trump kalah dalam pemilu ini, benarkah hal itu bisa memicu kerusuhan?
Dengan tingginya dukungan dari kalangan pemilih setianya, terutama kelompok pekerja kulit putih, kekalahan Trump dianggap berpotensi memunculkan reaksi negatif. Survei terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih merasa khawatir akan terjadi kerusuhan jika hasil pemilu tidak sesuai harapan pendukung Trump.
Menurut laporan, sekitar 40% responden menyatakan kekhawatiran yang mendalam bahwa kekalahan Trump bisa memicu aksi kekerasan atau kerusuhan di beberapa wilayah penting, seperti dilansir dari Australian Broadcasting Corporation. Ketegangan ini semakin diperkuat oleh retorika Trump sendiri, yang pernah menyebut hasil pemilu 2020 sebagai hasil yang “dicuri” dan menggiring narasi serupa untuk pemilu kali ini.
Analis politik berpendapat bahwa tingkat kekerasan potensial bisa bergantung pada seberapa ketat hasil perolehan suara. Semakin kecil selisih kekalahan Trump, semakin besar kemungkinan pendukungnya merasa ada kecurangan, yang pada akhirnya bisa memicu protes atau kerusuhan. Mengantisipasi hal ini, kota-kota besar seperti Washington DC mulai meningkatkan pengamanan di sejumlah titik strategis, terutama di sekitar gedung pemerintahan, guna mengurangi risiko kekacauan.
Bagi Trump sendiri, kekalahan dalam pemilu ini tidak hanya soal reputasi politik. Usia Trump yang kini 78 tahun serta posisinya di luar kekuasaan nantinya bisa membuatnya menghadapi beberapa tuntutan hukum yang selama ini tertahan. Beberapa tuduhan, termasuk potensi tuntutan pidana, dapat kembali diangkat ke pengadilan. Kekalahan dalam pemilu akan membuat Trump harus menghadapi berbagai masalah hukum yang telah menunggu sejak lama.
Bahkan, beberapa pihak menyebut bahwa jika Trump kalah, retorikanya mungkin akan semakin keras dan kontroversial. Hal ini dapat memicu sentimen negatif dari sebagian pendukungnya yang merasa tidak puas dengan sistem politik yang ada. Sejumlah analis mengkhawatirkan bahwa Trump mungkin akan menyampaikan pesan-pesan yang menantang legitimasi pemilu, yang berpotensi memperkeruh suasana.