Respons Kekerasan Pemukim Ilegal Israel kepada Warga Palestina, AS Hanya Nyatakan "Prhatin"
- timesofisrael.com
Washington, VIVA - Amerika Serikat (AS) pada Senin, 4 November 2024, mengaku "sangat prihatin" dengan insiden kekerasan baru-baru ini yang dilakukan pemukim ilegal Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
AS juga mendesak Israel segera mengambil tindakan untuk mengatasi dan mencegah kekerasan semacam itu terulang lagi, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller pada sebuah jumpa pers.
Seraya menyinggung sejumlah insiden, termasuk pembakaran 20 mobil milik warga Palestina di Tepi Barat, dia mengatakan bahwa pemerintahnya "sangat prihatin" dengan meningkatnya kekerasan oleh "para pemukim ekstremis."
"Kekerasan itu membuat warga Palestina sangat menderita, mengancam keamanan Israel, menyulitkan upaya mewujudkan solusi dua-negara, serta merusak prospek perdamaian dan stabilitas di seluruh kawasan itu," kata Miller.
Dia menambahkan bahwa AS akan terus menggunakan semua kemampuan untuk menuntut pertanggungjawaban atas kekerasan di Tepi Barat dan di seluruh kawasan tersebut.
Menurut sumber-sumber di Palestina, para pemukim Israel bulan lalu melakukan sekitar 1.490 serangan terhadap warga Palestina, menyerobot lahan dan properti mereka di wilayah pendudukan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
Data dari Peace Now, sebuah organisasi anti-permukiman asal Israel, menunjukkan bahwa lebih dari 500.000 pemukim tinggal secara ilegal di 146 permukiman dan 224 pos terdepan di Tepi Barat.
Ketegangan di wilayah itu meningkat di tengah agresi militer Israel yang brutal di Jalur Gaza, wilayah kantong Palestina.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, agresi tersebut telah menewaskan hampir 43.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak Hamas, kelompok perlawanan Palestina, menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Serangan Hamas itu menewaskan 1.200 orang, menurut Israel.
Di Tepi Barat yang diduduki Israel, sedikitnya 768 warga Palestina telah tewas, dan hampir 6.300 lainnya terluka akibat serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. (ant)