Analis Ungkap Negara-Negara Ini Menginginkan Trump Kembali Berkuasa
- newsweek.com
Washington, VIVA – Analis Kepala kolumnis urusan luar negeri Financial Times, Gideon Rachman menjelaskan alasan mengapa para pemimpin dunia menginginkan Donald Trump kembali menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
Dikutip Financial Times, Meskipun banyak orang di Amerika Serikat menganggap Kamala Harris sebagai pilihan yang lebih moderat dan stabil, beberapa pemimpin dunia justru berharap Donald Trump kembali menjadi presiden.
Dukungan ini bukan hanya karena faktor politik, tetapi juga karena berbagai kepentingan strategis dan ekonomi yang sesuai dengan gaya kepemimpinan Trump yang tidak dapat diprediksi.
Rusia dan Timur Tengah
Di Rusia, kemenangan Trump dianggap akan menguntungkan posisi Presiden Vladimir Putin.
"Kepentingan Rusia dalam kemenangan Trump sudah jelas. Prospek bahwa AS yang dipimpin Trump akan menghentikan bantuan ke Ukraina akan memberi Vladimir Putin kemenangan yang selama ini tidak pernah diraihnya di medan perang," kata Gideon Rachman dikutip Financial Times.
Bagi Rusia, Trump adalah mitra potensial yang bisa melemahkan NATO dan meningkatkan pengaruh Rusia di Eropa Timur.
Sementara itu, di Timur Tengah, pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) menyambut baik pendekatan Trump yang pragmatis dan fokus pada kekuasaan.
Trump dianggap lebih memahami kepentingan mereka dibandingkan Demokrat (partai kamala Harris), yang dianggap terlalu menekan isu demokrasi dan hak asasi manusia.
Eropa Timur dan Populis Sayap Kanan
Beberapa pemimpin Eropa sayap kanan, seperti Viktor Orban di Hungaria, merasa Trump adalah sosok yang bisa membantu menguatkan kebijakan anti-imigrasi dan konservatif mereka.
Kemenangan Trump akan memberi angin segar bagi populis dan partai sayap kanan di Eropa, yang mungkin berharap mendapatkan dukungan dari Gedung Putih dalam melemahkan Uni Eropa.
"Dengan Trump kembali menjabat, demokrasi liberal Eropa akan berada dalam bahaya terjebak dalam jurang antara AS, Rusia, dan sayap kanan di Eropa sendiri," ujarnya.