Jelang Pemungutan Suara, PM Israel Netanyahu Lebih Inginkan Trump Atau Harris jadi Presiden AS?
- Amir Cohen/Pool Photo via AP
Washington DC, VIVA – Jelang pemungutan suara pemilihan umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) yang akan berlangsung pada Selasa, 5 November 2024, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu inginkan siapa yang jadi presiden?
Perebutan kursi kepresidenan antara mantan Presiden Donald Trump dengan wakil presiden Kamala Harris berlangsung sangat ketat.
Berdasarkan hasil survei (atau jajak pendapat) yang dilakukan oleh SSRS, sebanyak 48 persen mendukung Harris dan 47 persen mendukung Trump sebagai presiden.
Meski PM Israel Netanyahu belum secara terbuka menyatakan dukungannya, banyak analis percaya bahwa Trump merupakan kandidat yang lebih menguntungkan bagi Israel dalam beberapa aspek kebijakan luar negeri.
Seperti dilansir Al Jazeera, Netanyahu dan Trump memiliki hubungan yang baik selama masa jabatan pertama mantan presiden AS tersebut.
Pada tahun 2019, di Dewan Israel-Amerika, Trump berkata bahwa Negara Yahudi tidak pernah memiliki teman yang lebih baik di Gedung Putih daripada presiden Anda.
Netanyahu pun menanggapinya. Dalam pernyataannya, Netanyahu mengatakan bahwa Trump adalah sahabat terbaik yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih.
Namun hubungan antara Trump dan Netanyahu memburuk setelah Biden dari partai Demokrat terpilih jadi presiden AS, saat Netanyahu mengucapkan selamat kepada Biden, Trump merasa dikhianati oleh Netanyahu.
Namun, Perdana Menteri Israel itu telah berupaya untuk menghidupkan kembali hubungan baiknya dengan Trump, di mana selama kunjungan ke AS pada Juli 2024, Netanyahu mengunjungi Trump di kediamannya di Mar-a-Lago, Florida.
Dilansir dari kantor berita AP News, Kedatangan PM Israel ke Amerika Serikat ini adalah upaya PM Israel Benjamin Netanyahu untuk memperbaiki hubungan dengan capres dari Partai Republik Donald Trump.
Trump dan Netanyahu mendapatkan kesempatan untuk mengatur ulang hubungan mereka di saat-saat kritis dalam perang antara Israel dan Hamas serta siklus pemilu 2024.
Mereka memiliki minat yang kuat untuk memulihkan hubungan mereka, baik karena dukungan politik yang didapat dari aliansi mereka maupun karena kilau yang diberikannya kepada masing-masing pendukung konservatif mereka.