Trump Kunjungi Penduduk Arab-Amerika, Janji Hadirkan Perdamaian di Timur Tengah

Calon Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump
Sumber :
  • AP Photo/Alex Brandon

Washington, VIVA – Pada hari yang cerah di kota dengan mayoritas penduduk Arab terbesar di Amerika Serikat (AS), puluhan orang berkumpul di luar kafe Great Commoner untuk melihat kunjungan Calon Presiden (Capres) dari Partai Republik Donald Trump.

Menlu AS Sebut Israel Tidak Perlu Menduduki Wilayah Gaza Selamanya

"Yang kami inginkan adalah perdamaian," kata Trump kepada sekelompok pemimpin bisnis Arab-Amerika di dalam restoran Dearborn, Michigan, beberapa hari sebelum pemilihan presiden.

Donald Trump di acara debat kandidat capres AS

Photo :
  • AP Photo/Gerald Herbert
Parlemen AS Desak Pemerintahan Joe Biden Setop Kirim Senjata ke Israel

Namun, kerumunan pemilih pro dan anti-Trump saling berteriak di dekatnya. Hal ini menunjukkan betapa terpecahnya komunitas Michigan dalam memilih presiden Amerika terbaik untuk menangani perang Timur Tengah yang meningkat.

Kunjungan Partai Republik ini menandai puncak upaya Trump untuk merayu lebih dari 200.000 orang Arab-Amerika yang tinggal di Michigan, yang harus dimenangkannya. Hal ini juga dapat memengaruhi persaingan yang imbang antara Trump dan Kamala Harris.

AS Blak-blakan Akui Buka Komunikasi dengan Pemberontak HTS di Suriah

Sebelumnya, Hillary Clinton kalah di Michigan dari Trump dengan hanya 10.000 suara pada tahun 2016, sementara Biden memenangkannya kembali dengan 150.000 suara pada tahun 2020.

Pada papan reklame yang berjejer di jalan raya Michigan dan selama kunjungan, tim kampanye Trump menyatakan bahwa ia mendukung "perdamaian" di Timur Tengah, sementara Harris dianggap pro-Israel.

Pesan itu berhasil bagi sebagian orang. Trump memperoleh dua dukungan dari wali kota Dearborn Heights, dan Hamtramck, kota kecil berpenduduk mayoritas Muslim di dekat Detroit.

Namun, wali Kota Dearborn Abdullah Hammoud mengatakan pada hari Jumat, 1 November 2024, bahwa ia menolak pertemuan dengan mantan presiden tersebut.

Di lain sisi, Abbas Alawieh, salah satu pemimpin gerakan Uncommitted, sebuah kelompok yang memprotes dukungan AS terhadap Israel, berjanji untuk mendukung Harris meskipun kelompoknya menolak untuk mendukungnya.

Sementara itu, tim kampanye Harris mengatakan bahwa pihaknya telah dan tetap mendukung komunitas Muslim yang beragam di AS.

"Wakil Presiden berkomitmen untuk bekerja keras demi mendapatkan setiap suara, menyatukan negara kita, dan menjadi Presiden bagi semua warga Amerika," kata Nasrina Bargzie, direktur kampanye Muslim and Arab American Outreach.

Ia menambahkan bahwa Harris akan memastikan masyarakat dapat hidup bebas dari kebijakan penuh kebencian dari pemerintahan Trump.

Meskipun frustrasi dengan penanganan perang oleh pemerintahan Biden-Harris, beberapa pemimpin masyarakat mengatakan kepada BBC bahwa mereka juga tidak percaya Trump menawarkan solusi.

"Kami tidak naif tentang apa yang dimaksudnya bagi masyarakat kami," kata Rexhinaldo Nazarko, direktur eksekutif American Muslim Engagement and Empowerment Network, sebuah kelompok advokasi Muslim Michigan.

Ia pun mengutip "larangan Muslim" Trump, yang merupakan perintah eksekutifnya tahun 2017 untuk melarang pelancong dari negara-negara yang mayoritas Muslim.

Namun, Nazarko dan para pemimpin lainnya mengatakan bahwa mengirim pesan tentang kemarahan mereka atas kebijakan pro-Israel pemerintahan Biden-Harris lebih penting daripada siapa yang memenangkan Gedung Putih.

Mereka juga telah mendorong suara untuk kandidat pihak ketiga daripada tidak ikut serta dalam pemilihan, kata Hassan Abdel Salam, seorang pemimpin kampanye Abandon Harris dan mantan Demokrat, di hadapan sekelompok orang yang berkumpul untuk berdoa di American Muslim Center di Dearborn pada hari Jumat.

"Tujuan kami adalah untuk menunjukkan bahwa kami sedang menghukum seseorang, seorang pemimpin yang selama setahun kami protes dan kami beri ultimatum, peringatan," ujar Abdel Salam, dikutip dari BBC Internasional, Senin, 4 November 2024.

"Keyakinan kami sekarang, meskipun pernah hidup di bawah (kepemimpinan) Trump, (tapi mereka adalah) orang yang benar-benar keji, kami sekarang melihat bahwa tidak ada kejahatan yang lebih ringan," sambungnya.

Debat calon presiden AS, Kamala Harris Vs Donald Trump

Photo :
  • AP Photo/Eric Gay

Para pemimpin Muslim dan pakar politik pun mengakui bahwa kampanye Harris telah memutuskan untuk lebih fokus pada upaya mengamankan pemilih moderat dan meningkatkan partisipasi di daerah-daerah yang secara tradisional merupakan pendukung Demokrat seperti Detroit, daripada merayu Muslim dan warga Arab-Amerika.

"Kampanye tersebut juga khawatir akan kehilangan dukungan dari para pemilih Yahudi pro-Israel dan Demokrat lainnya yang lebih mungkin memberikan suara," tutur Saeed Khan, seorang profesor di Universitas Negeri Wayne.

Khan mengatakan banyak pemilih yang mempertimbangkan untuk memberikan suara bagi kandidat pihak ketiga, kemungkinan besar akan memilih Harris untuk menyingkirkan Trump dari jabatan.

"Memilih pihak ketiga adalah memilih Trump, yang akan menghasilkan hasil terburuk," katanya.

"Trump adalah tembok bata."

Mohammed Hassan, seorang anggota dewan kota Hamtramck yang sepenuhnya Muslim, mengatakan ia yakin mayoritas dari 25.000 komunitas Muslim Bangladesh-nya memilih Harris dan sisanya memilih Trump.

Namun, katanya, tidak semua Muslim selalu setuju.

“Muslim Yaman di kota yang sama mungkin akan memilih Trump dan Harris secara seimbang,” katanya.

Tetapi, beberapa imam yang mendukung Trump adalah keturunan Yaman, begitu pula Wali Kota Hamtramck dari Yaman, Amer Ghalib.

Selain itu, tidak ada jajak pendapat pemilihan umum terkemuka yang dilakukan di antara komunitas Bangladesh dan Yaman di Michigan.

Banyak warga Arab-Amerika dan Muslim menginginkan narasi yang lebih seimbang tentang perang, termasuk lebih banyak empati terhadap penderitaan warga Gaza dan Lebanon, menurut Khan.

“Jika Harris berbicara tentang 100 sandera (Israel), dan tidak menyebutkan 45.000 hingga 50.000 warga Gaza yang terbunuh, tidak mempertimbangkan bahwa ada dampak pada warga negara Amerika, keluarga, dan kehidupan, itu menurut saya sangat mengerikan," katanya.

Diketahui, lebih dari 43.000 orang telah tewas di Gaza sejak Israel melancarkan kampanye untuk menghancurkan Hamas, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. Sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera dalam serangan itu.

Semua ini tidak membuat keputusan untuk mendukung Harris menjadi mudah, kata Alawieh, pemimpin Uncommitted.

Kampanyenya membuat kesalahan dengan tidak mengalah pada Israel, yang juga dapat membuatnya kehilangan dukungan dari pemilih muda Demokrat atau pemilih kulit berwarna, katanya.

“Bagi saya, kampanye Harris di Michigan ini meninggalkan banyak suara di atas meja,” kata Alawieh.

"Saya berharap Mereka melakukan itu sebagai bagian dari perhitungan agar dia menang. Saya berharap setelah pemilihan ini, kita tidak melihat kembali kampanyenya dan berkata, 'Mungkin kita seharusnya tidak membiarkan suara-suara itu begitu saja’.”

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya