Benjamin Netanyahu Tolak Gencatan Senjata Mesir di Jalur Gaza
- theaustralian.com.au
Gaza, VIVA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara resmi menolak inisiatif yang diusulkan oleh Mesir untuk gencatan senjata jangka pendek antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Proposal tersebut diumumkan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dalam sebuah konferensi pers di Kairo, di mana ia mengusulkan gencatan senjata selama dua hari yang bertujuan untuk menukar empat sandera Israel dengan sejumlah tahanan Palestina.
"Kami mengusulkan gencatan senjata di Jalur Gaza selama dua hari untuk menukar empat sandera (Israel) dengan sejumlah tahanan (Palestina), dan kemudian negosiasi akan dilakukan selama 10 hari untuk mengubah gencatan senjata menjadi gencatan senjata permanen," kata al-Sisi dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune di ibu kota Kairo, dikutip dari Anadolu Ajansi, Rabu, 30 Oktober 2024.
Meskipun sebagian besar menteri Israel mendukung usulan Mesir, Tel Aviv memutuskan untuk menolak kesepakatan tersebut karena adanya penentangan dari Netanyahu, yang menekankan bahwa "negosiasi hanya akan dilakukan di bawah tekanan," menurut Channel 12 Israel.
Saluran tersebut mengonfirmasi bahwa lembaga keamanan Israel juga mendukung usulan tersebut.
Israel memperkirakan sekitar 101 warganya masih ditawan oleh kelompok Palestina Hamas di Gaza di tengah kekhawatiran bahwa beberapa dari mereka mungkin telah terbunuh dalam serangan udara Israel yang membabi buta di wilayah padat penduduk itu.
Upaya yang dipimpin oleh AS, Mesir dan Qatar untuk mengamankan gencatan senjata dan memfasilitasi pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas sejauh ini terhenti, dengan Netanyahu menolak mempertimbangkan untuk mengakhiri konflik.
Tentara Israel terus melancarkan serangan dahsyat di Jalur Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Hampir 43.000 orang tewas sejak itu, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 100.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang terus berlanjut yang mengakibatkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.