Israel Berupaya Bebaskan 11 Sandera dengan Imbalan Gencatan Senjata 30 Hari di Gaza
- timesofisrael.com
Tel Aviv, VIVA – Israel berupaya mencapai kesepakatan yang akan membebaskan sejumlah kecil sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan imbalan gencatan senjata selama satu bulan. Hal itu dilaporkan oleh media lokal setempat, pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Selama pertemuan pada 27-28 Oktober 2024, di ibu kota Qatar, Doha, David Barnea, direktur badan intelijen Israel Mossad, berkonsultasi dengan Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) William Burns dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani tentang memfasilitasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, menurut harian Israel Yedioth Ahronoth.
Surat kabar itu mengatakan bahwa Barnea mengusulkan pembebasan 11-14 sandera Israel, termasuk semua wanita dan orang tua yang tersisa, dengan imbalan gencatan senjata selama 30 hari.
Berdasarkan proposal tersebut, Israel juga akan membebaskan tahanan Palestina yang ditahan di penjaranya, dengan jumlah pastinya akan dibahas dalam negosiasi.
Laporan tersebut mengatakan proposal tersebut akan segera disampaikan kepada para pemimpin Hamas untuk menilai apakah kelompok itu bersedia kembali ke perundingan mengenai kesepakatan gencatan senjata.
Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa untuk mendorong Hamas menerima kesepakatan yang tidak mencakup penarikan penuh pasukan Israel, Israel diharapkan berkomitmen untuk membebaskan lebih banyak tahanan Palestina daripada yang seharusnya.
Melansir dari ANews, Rabu, 30 Oktober 2024, sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dari mediator atau Israel mengenai proposal tersebut.
Harian Hayom Israel melaporkan bahwa pejabat dari koalisi pemerintahan sayap kanan menyatakan persetujuan mereka terhadap proposal tersebut sengan mengatakan, "Proposal apa pun yang tidak melibatkan penghentian perang dapat didiskusikan."
Channel 12 Israel juga melaporkan bahwa Israel saat ini sedang mempertimbangkan proposal tersebut, sementara mediator akan mengukur respons Hamas.
Meskipun Hamas tidak segera bereaksi terhadap laporan Israel, pemimpin Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan pada konferensi pers hari Selasa bahwa "Hamas telah menanggapi permintaan mediator untuk mengeksplorasi proposal baru tentang gencatan senjata dan pertukaran sandera," setelah sebelumnya bersikeras untuk menerapkan perjanjian yang dicapai dalam negosiasi sebelumnya.
Ia mengatakan kelompok tersebut telah mengadakan beberapa pertemuan mengenai masalah ini, dengan mencatat bahwa pertemuan lain akan diadakan dalam konteks yang sama, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Abu Zuhri juga menegaskan kembali keterbukaan Hamas terhadap perjanjian atau gagasan apa pun yang akan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina di Gaza, mewujudkan gencatan senjata total, memastikan penarikan pendudukan Israel dari seluruh wilayah, mencabut blokade, memberikan bantuan, dukungan, dan tempat berlindung bagi rakyat Gaza, mendukung pembangunan kembali, dan mengamankan kesepakatan serius bagi para tahanan.
Israel memperkirakan bahwa sekitar 101 tawanan masih ditahan oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh oleh serangan udara Israel yang membabi buta di daerah kantong yang berpenduduk padat itu.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar sejauh ini gagal menghasilkan gencatan senjata di Gaza, tetapi Washington menyatakan bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel pada 18 Oktober dapat mengarah pada terobosan dalam perundingan.
Namun, Hamas mengatakan konflik akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye militernya di daerah kantong yang diblokade itu, yang telah menewaskan lebih dari 43.060 orang sejak Oktober lalu.