Pertumbuhan Ekonomi Israel Anjlok gara-gara Perang dan Melambat hingga 2029, Menurut IMF
- jpost.com
Tel Aviv, VIVA – Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas perkiraan pertumbuhan PDB Israel pada tahun 2025 dari 5,4 persen yang diumumkan pada bulan April, menjadi 2,7 persen. Hal ini karena adanya perang yang meluas di negara itu dan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
“IMF melihat pertumbuhan riil di Israel pada tahun 2024 hanya sebesar 0,7 (persen), yang dalam istilah per kapita berarti penurunan,” menurut laporan harian Israel, Globes.
Melansir dari The Cradle, Kamis, 24 Oktober 2024, jika Tel Aviv menghentikan kampanye perangnya tahun ini, pertumbuhan ekonomi akan tetap lambat hingga tahun 2029, ketika pertumbuhan PDB diperkirakan mencapai hampir empat persen.
Menurut analisis harian Ibrani Yedioth Ahronoth yang mengutip angka dan sumber resmi, perang Israel telah menimbulkan kerugian total sebesar US$ 6,6 miliar (Rp 102,9 triliun) selama setahun terakhir, dengan kerugian harian akibat serangan skala besar di Jalur Gaza dan Lebanon mencapai sebesar US$ 133 juta (Rp 2 triliun).
Laporan tersebut menyoroti bahwa pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah awal bulan ini, yang menyebabkan Israel menjatuhkan sebanyak 100 bom penghancur bunker, termasuk amunisi uranium di lingkungan padat penduduk di Beirut, yang menelan biaya sebesar US$ 6,6 juta.
Sebuah sumber dari Kementerian Keuangan Israel mengatakan bahwa penundaan paket bantuan senilai US$ 4,8 miliar (Rp 74,8 triliun) dari AS hingga tahun depan juga memperumit masalah di Tel Aviv. Dugaan penundaan ini dilaporkan mendorong Tel Aviv untuk menerapkan revisi ketiga anggaran tahun 2024.
Ketika perang genosida terus berlanjut, Israel menghadapi penutupan setidaknya 60.000 bisnis pada akhir tahun ini karena situasi ekonomi yang memburuk. Selain itu, pembatalan yang dilakukan oleh maskapai-maskapai besar terus berdampak buruk pada industri pariwisata.
Awal bulan ini, lembaga kredit global S&P menurunkan peringkat kredit Israel sebanyak dua tingkat, dari A+ menjadi A, dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tel Aviv nol (0) pada tahun ini.
Pengumuman S&P ini mengikuti langkah serupa yang dilakukan lembaga kredit barat lainnya. Moody's pun menurunkan peringkat Israel sebanyak dua tingkat pada bulan September, dengan mengatakan risiko geopolitik telah meningkat secara signifikan. Beberapa minggu sebelumnya, perusahaan jasa keuangan AS Fitch juga menurunkan peringkat kredit Israel.