Rival Sampai Mati, Begini Reaksi Erdogan saat Fethullah Gulen Meninggal Dunia
- Pool Photo via AP
Ankara, VIVA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada Selasa, 22 Oktober 2023, memberikan reaksi saat rival sengitnya, Fethullah Gulen meninggal di pengasingan.
Bukannya berbelasungkawa, Erdogan justru berjanji untuk mengejar sampai ke penjuru dunia para pengikut Fethullah Gulen, pengkhotbah Islam Turki yang meninggal di Amerika Serikat (AS), dan yang disalahkan Ankara atas kegagalan kudeta tahun 2016.
“Para pengkhianat ini berhasil lolos dari keadilan Turki berkat pihak yang melindungi mereka. Mereka pergi tanpa dimintai pertanggungjawaban atas darah para martir yang mereka tumpahkan. Tapi mereka tidak akan bisa lepas dari keadilan ilahi,” kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi, yang merupakan reaksi publik pertamanya terhadap kematian teolog berusia 83 tahun tersebut.
Erdogan kemudian mengenang warga sipil yang terbunuh dalam kudeta yang gagal, di mana ulama selalu terlibat, dan mengutuk penolakan terhadap anggota FETO (Organisasi Teroris Fethullah) yang terkenal kejam, yang merupakan awal mula Ankara menggambarkan kudeta tersebut.
Melansir dari EFE, Kamis, 24 Oktober 2024, FETO adalah organisasi keagamaan yang didirikan oleh Gulen setelah kudeta.
Sejak gerakan tersebut dilarang, Ankara sering mengumumkan “repatriasi” orang-orang yang dicurigai sebagai pendukung Gulen, terutama dari negara-negara Balkan. Mereka sering kali menculik dan lari dengan menaiki pesawat tanpa proses hukum karena terkadang mendapat bantuan petugas polisi setempat.
Pada tahun 2018, salah satu penculikan menyebabkan pemecatan beberapa pejabat tinggi di Kosovo.
Fethullah Gulen Meninggal
Akun media sosial yang berasosiasi dengan Organisasi Teroris Fethullah (FETO) mengeklaim bahwa pemimpin jaringan organisasi tersebut Fethullah Gulen, meninggal dunia.
Sebuah unggahan pada "Herkulname" salah satu akun media sosial yang sering digunakan oleh kepemimpinan FETO, menyatakan Gulen wafat.
Menyusul unggahan di akun tersebut, klaim serupa mulai beredar di media sosial lainnya yang terkait dengan kelompok teroris tersebut.
Beberapa orang, yang merupakan kerabat Gulen dan anggota yang karib dengan pemimpin itu, juga menyatakan pemimpin kelompok tersebut telah meninggal dalam unggahan mereka di media sosial.
Namun, tidak ada pernyataan maupun unggahan dari pemimpin lain dari organisasi itu yang menanggapi klaim tersebut.
Gulen telah tinggal di negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, dimana para pemimpin Turki telah lama mengupayakan ekstradisinya, tetapi pejabat pengadilan AS tidak menyetujuinya.
FETO dan pemimpinnya Fethullah Gulen yang bermarkas di AS, mengatur kudeta yang gagal pada 15 Juli 2016 di Turki yang menewaskan 252 orang dan melukai 2.734 orang.
Ankara juga menuduh FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi lembaga-lembaga Turki, khususnya militer, polisi, dan peradilan.