Israel Larang Bantuan Kemanusiaan Masuk Gaza, Warga yang Melarikan Diri Bakal Ditembak
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Tel Aviv, VIVA – Israel terus melarang masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza utara di tengah serangan besar-besaran di wilayah tersebut. Hal itu disampaikan oleh kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), pada Senin, 21 Oktober 2024.
“Pihak berwenang Israel terus menolak misi kemanusiaan untuk mencapai wilayah utara dengan pasokan penting termasuk obat-obatan dan makanan untuk orang-orang yang dikepung,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini dalam sebuah pernyataan.
“Rumah sakit telah terkena dampak dan tidak mendapat aliran listrik, sementara orang-orang yang terluka tidak mendapat perawatan," tambahnya, dikutip dari ANews, Selasa, 22 Oktober 2024.
Ketua UNRWA mengatakan tempat penampungan yang dikelola oleh badan tersebut di Gaza utara sangat penuh sesak.
“Beberapa pengungsi kini terpaksa tinggal di toilet,” ucapnya.
Dia menambahkan bahwa warga Gaza yang mencoba melarikan diri terbunuh dan mayat mereka ditinggalkan di jalan.
“Misi untuk menyelamatkan orang-orang dari keterpurukan rubel juga ditolak,” ujar Lazzarini.
Pejabat PBB akhirnya menyerukan untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan kepada semua orang di Gaza.
“Lembaga kemanusiaan, termasuk UNRWA, harus mendapatkan akses ke Gaza utara,” katanya.
“Menolak dan mempersenjatai bantuan kemanusiaan untuk mencapai tujuan militer adalah tanda betapa rendahnya pedoman moral. Tidak seorang pun boleh memohon untuk membantu atau dibantu,” ungkap Lazzarini.
Gencatan senjata, menurut Lazzarini, adalah awal untuk mengakhiri mimpi buruk yang tak ada habisnya ini.
Pekan lalu, Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengatakan larangan masuknya bantuan oleh Israel telah menyebabkan 200.000 orang di Gaza utara tidak mendapat makanan atau air minum.
Sebagai informasi, tentara Israel terus melancarkan serangan besar-besaran, yang kini memasuki hari ke-17, di Gaza utara di tengah pengepungan yang mencekik di wilayah tersebut.
Serangan tersebut merupakan episode terbaru dari serangan brutal Israel yang telah menewaskan lebih dari 42.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai 99.800 lainnya sejak tahun lalu setelah serangan Hamas.