Perjalanan Hidup Yahya Sinwar: Nasionalis Palestina hingga Kuliah di Universitas Israel

VIVA Militer: Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar
Sumber :
  • @bassem_youssef9

Gaza, VIVA – Dua puluh dua tahun Yahya Sinwar menghabiskan di penjara Israel telah memantapkan tekadnya dan mengubahnya menjadi pemimpin Hamas.

Tata Pemilik Daycare Wensen School Indonesia Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Selama masa hukumannya di penjara Ashkelon, ia bermain tenis meja tanpa alas kaki. Ashkelon adalah tempat orang tuanya melarikan diri ke Gaza selama Intifada pada tahun 1948. Sinwar mengatakan ia ingin kakinya menyentuh tanah Palestina.

Sinwar bukan sekadar orang Palestina yang emosional terhadap tanah airnya. Ia adalah perancang serangan 7 Oktober 2023 di Israel ketika Hamas menewaskan 1.200 orang di Tel Aviv.

Dukung Kemerdekaan Palestina, DPR Minta Pemerintah Tolak Investasi Starlink

Pasukan Israel IDF membawa jenazah Yahya Sinwar yang tewas di Rafah, 17/10

Photo :
  • timesofisrael

Melansir dari India Today, Jumat, 18 Oktober 2024, ia juga dicap sebagai 'Penjagal Khan Younis' oleh Israel karena menyiksa dan membunuh sekitar puluhan orang yang menjadi mata-mata Israel.

Siap Ladeni Laporan Farhat Abbas, Denny Sumargo: Mau Selesai Baik-baik atau Hancur Salah Satu?

"Pembunuh massal Yahya Sinwar, yang bertanggung jawab atas pembantaian dan kekejaman 7 Oktober, telah disingkirkan oleh tentara IDF (militer Israel)," kata Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz dalam sebuah pernyataan.

"Kekejaman Yahya Sinwar terhadap warga Palestina jarang dibicarakan," kata satiris dan kolumnis Kamlesh Singh di X.

Pemimpin Hamas itu ditembak jatuh oleh militer Israel pada 16 Oktober. Militer Israel telah merilis rekaman drone saat-saat terakhir Sinwar.

Pasukan Israel IDF membawa jenazah Yahya Sinwar yang tewas di Rafah, 17/10

Photo :
  • timesofisrael

Video tersebut memperlihatkan Sinwar duduk di sofa di apartemen yang hancur, dan kepala serta wajahnya ditutupi syal. Dinding bangunan tampak hancur oleh tembakan, dan Sinwar tertutup debu, dengan luka parah di lengan kanannya. Saat drone mendekatinya, ia terlihat melemparkan tongkat ke arahnya.

Itulah saat-saat terakhir pemimpin Hamas.

Bulan lalu, AS, sekutu Israel, mendakwa Sinwar dan pemimpin Hamas lainnya dengan tuduhan mendanai, mengarahkan, dan mengawasi kampanye selama puluhan tahun untuk membunuh warga negara Amerika dan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat.

VIVA Militer: Serangan roket Hamas Palestina di wilayah Israel

Photo :
  • theweek.in

"Pada 7 Oktober, teroris Hamas, yang dipimpin oleh para terdakwa ini, membunuh hampir 1.200 orang, termasuk lebih dari 40 warga Amerika, dan menculik ratusan warga sipil. Yahya Sinwar dan para pemimpin senior Hamas lainnya didakwa hari ini dengan tuduhan mengatur kampanye kekerasan massal dan teror organisasi teroris ini selama puluhan tahun, termasuk (serangan) pada tanggal 7 Oktober," kata Jaksa Agung Merrick Garland.

Namun sebelum menjadi kepala organisasi Hamas dan merencanakan pembantaian 7 Oktober di Israel, Sinwar menjalani beberapa hukuman penjara dan menjadi bagian dari beberapa negosiasi antara Hamas, Israel, dan bahkan Iran.

Lahir di kamp pengungsi di Khan Younis, Sinwar lahir pada tahun 1962. Gaza saat itu berada di bawah pendudukan Israel.

VIVA Militer: Roket Hamas Palestina hantam pemukiman sipil Israel

Photo :
  • jpost.com

Ia pernah mengatakan bahwa ibunya membuat pakaian dari karung bantuan pangan PBB yang kosong, kata warga Gaza Wissam Ibrahim, yang bertemu Sinwar.

Masa kecil yang miskin dan 22 tahun di penjara Israel memberinya toleransi yang tinggi terhadap penderitaan. Ia ditangkap pada tahun 1988 dan dijatuhi empat hukuman seumur hidup atas penculikan dan pembunuhan dua tentara Israel dan empat mata-mata Palestina.

"Penjara membangun Anda," kata Sinwar kepada seorang jurnalis Italia, menurut laporan New York Times.

Di penjaralah ia menyadari apa yang ia yakini dan harga yang bersedia ia bayar untuk itu, kata laporan itu.

Di penjara, ia juga menulis novel semi-otobiografi The Thorn and the Carnation dan menggambarkan pasukan Israel menghancurkan rumah-rumah Palestina seperti monster yang menghancurkan tulang mangsanya.

Di penjara pada tahun 1992, ia muncul sebagai pemimpin dengan mengorganisasi pemogokan narapidana Palestina, bertahan hidup selama berhari-hari hanya dengan garam dan air.

Sinwar kemudian menikah setelah keluar dari penjara dan memiliki tiga orang anak.

Ia jarang berbicara tentang keluarganya di depan umum, kecuali kata-kata pertama yang diucapkan putranya adalah "ayah", "ibu", dan "drone".

Ia juga memanfaatkan waktu ini untuk belajar bahasa Ibrani dan sejarah.

Sebuah harian Israel, Maariv, bahkan melaporkan bahwa selama di penjara, Sinwar mengambil lima belas mata kuliah di Universitas Terbuka Israel dalam tujuh tahun. Sebagian besar mata kuliahnya adalah tentang sejarah orang Yahudi, Holocaust, dan Zionisme, serta tentang demokrasi Israel.

Penggeledahan di sel penjaranya pada tahun 2004 menghasilkan penemuan salinan novelnya, lapor New York Times.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya