Sosok Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas yang Tewas dalam Serangan Militer Israel
- timesofisrael.com
Gaza, VIVA – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kembali menghabisi nyawa pemimpin kelompok perlawanan Hamas Palestina, Yahya Sinwar, Kamis 17 Oktober 2024.
Dikutip VIVA dari laporan The New York Times, Jumat, 18 Oktober 2024 Sinwar tewas dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza, Palestina.
Dikutip dari beberapa sumber Jumat, 18 Oktober 2024, Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza Selatan pada 29 Oktober 1962 silam.
Sinwar pertama kali bergabung dengan Ikhwanul Muslimin saat usianya masih sangat muda pada 1980-an sambil kuliah di Universitas Islam Gaza.
Sinwar pertama kali ditangkap oleh tentara Israel pada 1982 lantaran dituding terlibat dalam kegiatan subversive. Saat itu ia yang masih berusia 20 tahun mendekam di penjara selama empat bulan.
Setelah bebas, satu minggu kemudian Sinwar kembali ditangkap tentara Israel atas tuduhan yang sama. Dia dikurung selama enam bulan tanpa diadili.
Saat masih berstatus mahasiswa, pria yang dijuluki ‘dead man walking’ ini ditunjuk sebagai pemimpin ‘Blok Islam’ sayap mahasiswa Ikhwanul Muslimin.
Pada 1985 Sinwar mendirikan sebuah organisasi yang dikenal dengan nama ‘Al-Majd’. Organisasi ini fokus pada perlawanan terhadap Israel di Gaza.
Sinwar kembali ditangkap Israel pada 20 Januari 1988 lantaran mendirikan organisasi Al-Majd serta berpartisipasi dalam pendirian sayap militer pertama Hamas yang bernama Mujahid Palestina. Saat itu dia yang baru 25 tahun dijatuhi hukuman ‘empat kali’ seumur hidup plus 30 tahun penjara.
Setelah menjalani hukuman 23 tahun di penjara, Sinwar dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel pada 11 Oktober 2011 silam.
Setelah bebas, Sinwar ikut berpartisipasi dalam pemilihan internal Hamas pada 2012. Dalam pemilihan itu Sinwar memenangkan kursi di biro politik dan bertanggung jawab mengawasi sayap militer hamas, bernama Brigade Al-Qassam.
Singkatnya pada Agustus 2024, Hamas secara resmi menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru, menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas oleh Israel.