Netanyahu Dilarikan ke Rumah Sakit, Ada Apa?
- nypost.com
Tel Aviv, VIVA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin malam, 14 Oktober 2024, dilarikan ke rumah sakit.
Bukan tanpa alasan, Netanyahu melarikan diri ke daerah yang aman dan berbenteng di Israel utara itu saat sirene serangan udara dibunyikan untuk mengantisipasi kemungkinan serangan roket dari Lebanon.
Saat sirene berbunyi, Netanyahu berada di Rumah Sakit Hillel Yaffe di kota Hadera untuk menjenguk tentara Israel, yang dirawat, yang terluka dalam serangan pesawat nirawak Hizbullah yang menewaskan empat tentara dan menyebabkan puluhan lainnya terluka, menurut penyiar publik Israel KAN.
"Setelah sirene berbunyi, pengawalnya membawa Netanyahu ke daerah rumah sakit yang berbenteng," kata KAN melaporkan.
VIVA Militer: Tentara Israel membentuk parimeter usai serangan drone Hizbullah
- Getty Images/Amir Levy
Melansir dari ANews, Selasa, 15 Oktober 2024, media Israel mencatat bahwa 41 tentara yang terluka akibat serangan pesawat nirawak Hizbullah dirawat di rumah sakit di Israel utara, termasuk enam orang dalam kondisi serius.
Setelah serangan itu, Israel, termasuk Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, bersumpah untuk membalas Hizbullah dan Lebanon.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon terhadap target Hizbullah sejak 23 September. Serangan itu menewaskan sedikitnya 1.542 orang, melukai lebih dari 4.555 orang lainnya, dan membuat lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.
Serangan udara tersebut juga merupakan eskalasi dari perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangannya di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan hampir 42.300 orang, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.
VIVA Militer: Militer Israel mengevakuasi korban seranga drone Hizbullah
- timesofisrael.com
Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Israel memperluas konflik pada 1 Oktober dengan meluncurkan serangan darat ke Lebanon selatan.
