Gaza Utara 'Berdarah' setelah Israel Perintahkan Evakuasi Massal

VIVA Militer: Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza
Sumber :
  • idf.il

Gaza, VIVA – Sedikitnya 18 warga Palestina tewas dalam serangan Israel pada Rabu malam, 9 Oktober 2024, di Gaza. Hal itu diungkapkan oleh petugas medis Palestina.

AKP Dadang Tembaki Rumah Dinas Kapolres hingga Prabowo Tunjukan 'Taring' Bela Palestina

Serangan terjadi saat pasukan Israel melanjutkan pengepungan dan serangan mereka di kamp pengungsi Jabalia di utara daerah kantong itu untuk hari kelima.

Layanan Darurat Sipil Palestina mengatakan telah menerima laporan bahwa puluhan warga Palestina mungkin telah tewas di Jabalia dan daerah lain di Gaza utara, tetapi tidak dapat menjangkau mereka karena pemboman Israel.

Hasil Survei: 42 Persen Remaja Yahudi di AS Percaya Israel Lakukan Genosida di Gaza

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan pada Jumat, 4 Oktober 2024, bahwa lebih dari 6 persen dari seluruh populasi Gaza tewas atau terluka seiring dengan hampir setahun kampanye brutal militer Israel di wilayah Palestina tersebut.

Photo :
  • ANTARA/Anadolu

Kementerian kesehatan Gaza pum mengatakan pada Selasa malam, 8 Oktober 2024, bahwa pasukan Israel mengepung rumah sakit Kamal Adwan di dekat Beit Lahia di Gaza utara. Mereka menuntut agar pasien dan tenaga medis mengevakuasi rumah sakit, serta rumah sakit Indonesia dan Al-Awda di dekatnya.

Kemanusiaan Lebih Penting dari Sepakbola: Timnas Indonesia, Sudan, Mesir Tolak Israel dan Korbankan Piala Dunia

Dr. Hossam Abu Safiya, Direktur Kompleks Medis Kamal Adwan, menyatakan, “Pendudukan secara eksplisit mengancam kita, memberi kita waktu 24 jam untuk mengevakuasi pasien, staf medis, dan semua orang yang hadir di rumah sakit sepenuhnya. Ini adalah tindakan berbahaya yang mengancam runtuhnya sistem perawatan kesehatan di Jalur Gaza utara”.

Dr. Fadel Naim menyatakan bahwa fasilitas Rumah Sakit Kamal Adwan telah sangat terpengaruh oleh tembakan artileri dalam beberapa hari terakhir, dengan pintu masuk darurat terkena tembakan.

Ia juga mengatakan proses evakuasi telah dimulai untuk pasien dan staf, meskipun beberapa masih terjebak di dalam.

Warga Palestina korban serangan Israel dievakuasi ke rumah sakit Gaza Utara

Photo :
  • Social Media

Pertempuran besar di Jabalia dimulai pada hari Sabtu, 5 Oktober 2024,ketika pasukan Israel mengepung kamp tersebut sambil melepaskan serangan udara dan artileri sebelum pasukan darat masuk.

Pada hari Senin, 7 Oktober 2024, penduduk Jabalia Asmaa Tayeh mengatakan bahwa ia dan keluarganya harus meninggalkan rumah mereka untuk keempat kalinya dalam setahun.

Mereka mengungsi ke rumah neneknya di Kota Gaza setelah militer mengeluarkan perintah evakuasi baru bagi penduduk Jabalia dan Beit Hanoun serta Beit Lahia di dekatnya.

Mereka telah kembali ke rumah kakek-neneknya di distrik Al-Nasr di Kota Gaza dan, seperti banyak warga sipil di utara, enggan pindah lebih jauh ke selatan seperti yang diminta oleh Israel, karena takut mereka tidak akan pernah diizinkan untuk kembali ke rumah.

“Situasinya menjadi sangat berbahaya sehingga kami tidak punya banyak harapan untuk kembali,” ucap Asmaa, dikutip dari The Cradle, Kamis, 10 Oktober 2024.

The Jerusalem Post melaporkan pada hari Minggu, 7 Oktober 2024, bahwa tentara Israel berupaya mengusir puluhan ribu warga sipil Palestina dari Gaza utara di tengah invasi Jabalia. Ini adalah invasi keempatnya ke kamp tersebut sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023.

Sekelompok ratusan perwira cadangan tingkat menengah, yang dipimpin oleh mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Giora Eiland juga telah mendorong dalam beberapa bulan terakhir untuk evakuasi lengkap Gaza utara demi menekan kepala Hamas Yahya Sinwar agar menyerah.

The Post mengatakan bahwa “Langkah yang diambil oleh IDF pada hari Minggu tampaknya merupakan posisi di antara memindahkan sebagian besar dari 150.000–250.000 warga sipil Palestina keluar dari Gaza utara tanpa mengikuti ‘sepenuhnya’ rencana Eiland.”

“Atau, langkah ini bisa menjadi langkah awal menuju evakuasi bertahap dan perlahan di seluruh wilayah Gaza utara, namun dengan gerakan yang lebih lambat guna mengurangi pertentangan global, khususnya oleh AS,” imbuh Jerusalem Post.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya