Permohonan Pilu Dokter di Palestina Setelah Israel Ancam Serang 3 RS di Gaza Utara
- Mer-C
Gaza, VIVA – Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara telah mengeluarkan permohonan internasional yang mendesak, setelah pasukan Israel memerintahkan staf dan pasien untuk meninggalkan fasilitas medis tersebut dalam waktu 24 jam ke depan, pada Selasa malam, 8 Oktober 2024.
Dalam pernyataan video yang dirilis secara daring, Dr. Hossam Abu Safiya mengatakan tentara Israel telah mengancam akan mengubah fasilitas Kamal Adwan menjadi "Al-Shifa" rumah sakit Kota Gaza yang dikepung dan diserang selama perang Israel di wilayah Palestina, yang telah berlangsung selama lebih dari setahun dan telah menewaskan lebih dari 42.000 orang.
"Pendudukan tersebut berupaya menghentikan layanan sistem kesehatan untuk menggusur penduduk Gaza utara," kata manajemen rumah sakit tersebut, dikutip dari The New Arab, Kamis, 10 Oktober 2024.
Tentara Israel juga telah mengeluarkan peringatan serupa kepada rumah sakit Indonesia dan Al-Awda, karena sistem kesehatan Gaza terus runtuh di tengah perang.
Perintah evakuasi tersebut lantas dikecam oleh Hamas, yang menyebutnya sebagai upaya kriminal untuk melaksanakan rencana penggusuran, yang diperintahkan oleh pemerintah Israel di wilayah tersebut.
Perintah itu dikeluarkan karena beberapa bagian di Gaza utara, khususnya kamp Jabalia, telah menyaksikan operasi militer Israel yang intensif dalam beberapa hari terakhir, di mana warga Palestina telah dipaksa untuk pergi.
Saksi mata pada hari Rabu, 9 Oktober 2024, mengatakan mayat-mayat berserakan di jalan-jalan di seluruh kamp karena pasukan Israel mencegah tim medis mencapai daerah tersebut.
"Pasukan Israel juga telah melepaskan tembakan kepada siapa pun yang mencoba pergi," menurut saksi mata dan media lokal.
Sementara itu, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, "Tentara menembaki siapa pun yang bergerak di daerah Be'er al-Na'ja, sebelah barat Jabalia di Gaza utara."
Padahal, tim medis karena berjuang untuk membantu para pengungsi karena serangan yang sedang berlangsung di daerah tersebut.
Sebagai informasi, sekitar 400.000 warga Palestina dari Gaza utara dipaksa untuk melarikan diri di wilayah selatan yang dilanda perang, yang telah lama menderita karena kepadatan penduduk, penyebaran penyakit, dan kurangnya kebutuhan dasar karena perang dan pengepungan Israel.
Setidaknya 20 orang di Gaza telah tewas sejak Rabu pagi, termasuk satu keluarga yang kini telah dihapus dari catatan sipil Gaza.