70 Orang Tewas dalam Serangan Geng di Haiti, Bayi dan Wanita Ikut jadi Korban

Polisi Kenya, bagian dari misi keamanan internasional di Haiti
Sumber :
  • Al Jazeera

Pont-Sonde, VIVA – Setidaknya 70 orang tewas dan 3.000 orang terpaksa mengungsi ketika orang-orang bersenjata yang tergabung dalam geng Gran Grif menyerang sebuah kota di Haiti tengah.

China Sebut Veto AS atas Resolusi Gencatan Senjata Gaza Dorong Palestina ke Kegelapan

Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan pada hari Jumat bahwa serangan itu terjadi pada hari Kamis di Pont-Sonde, 100 km (60 mil) barat laut Port-au-Prince.

Ilustrasi penembakan.

Photo :
  • ANTARA/Shutterstock.
Erdogan Benarkan Turki Tutup Wilayah Udaranya untuk Pesawat Presiden Israel

PBB menambahkan, setidaknya 16 orang terluka parah dalam serangan itu, termasuk dua anggota geng yang terkena tembakan saat baku tembak dengan polisi Haiti.

Kantor tersebut mengatakan anggota geng juga dilaporkan membakar sedikitnya 45 rumah dan 34 mobil.

Prabowo Siap Kirim Pasukan Perdamaian ke Palestina, DPR Ingatkan Jangan Sampai Jadi Target Serangan

“Anggota geng Gran Grif menggunakan senapan otomatis untuk menembak penduduk, menewaskan sedikitnya 70 orang, di antaranya sekitar 10 wanita dan tiga bayi,” kata juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Thameen Al-Kheetan dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa badan tersebut merasa “ngeri” dengan serangan itu.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengutuk serangan itu, kata juru bicaranya pada hari Jumat

Perdana Menteri Haiti Garry Conille mengecam serangan terhadap X, dengan mengatakan “kejahatan keji terhadap perempuan, laki-laki dan anak-anak yang tidak berdaya bukan hanya serangan terhadap korban tetapi terhadap seluruh bangsa Haiti”.

Ilustrasi garis polisi.

Photo :
  • Pixabay

“Kepada mereka yang menebar teror, saya katakan ini: kalian tidak akan mematahkan tekad kami. Anda tidak akan menundukkan orang-orang yang selalu memperjuangkan martabat dan kebebasannya. Kami tidak akan pernah melepaskan hak kami untuk hidup damai, aman, dan adil,” kata Conille.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya