Rusia Mengutuk Serangan Israel Terhadap Lebanon
- Anadolu Ajansi
Rusia, VIVA – Pada hari Selasa, 24 September 2024, Rusia mengeluarkan pernyataan keras mengutuk serangan yang terus dilakukan oleh Israel terhadap Lebanon.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menegaskan bahwa serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tidak bisa diterima. Ia menekankan bahwa tindakan Israel, yang mengklaim menyerang karena Hizbullah menyimpan senjata di wilayah pemukiman, telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan parah pada infrastruktur sipil.
"Jumlah korban luka melebihi 1.600 orang. Pada pagi hari tanggal 24 September, setelah serangan lain oleh pesawat militer Israel di Lembah Bekaa, satu keluarga yang terdiri dari 10 orang tewas. Sebelumnya, pada tanggal 20 September, lebih dari 50 orang tewas akibat 'operasi militer tertarget' Israel – serangan udara terhadap kawasan padat penduduk di Beirut," katanya, dilansir dari Anadolu Ajansi, Rabu 25 September 2024.
Zakharova juga menyebutkan serangan besar-besaran di Beirut yang mengakibatkan lebih dari 50 orang tewas. Ia mendesak semua pihak untuk menghentikan kekerasan dan segera mencapai gencatan senjata agar situasi dapat dikelola menuju penyelesaian politik dan diplomatik.
Menurutnya, penting untuk mencegah Timur Tengah terjerumus ke dalam konflik bersenjata yang lebih besar, yang dapat memiliki konsekuensi menghancurkan bagi semua negara, baik di kawasan maupun di luar.
Rusia juga menekankan bahwa keamanan satu negara tidak boleh dijamin dengan mengorbankan negara lain. Mereka menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan mitra regional dan global guna menghindari bencana lebih lanjut.
"Keamanan negara mana pun di kawasan ini tidak boleh dijamin dengan mengorbankan negara lain," tegasnya.
Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengekspresikan kekhawatiran yang mendalam tentang situasi yang semakin memburuk di Timur Tengah. Ia menyebutkan bahwa kondisi ini bisa berujung pada destabilisasi total kawasan.
"Ini adalah peristiwa yang berpotensi sangat berbahaya dan dapat menyebabkan perluasan konflik, destabilisasi total di kawasan tersebut. Tentu saja, ini menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan yang sangat besar bagi kami," kata Peskov dalam sebuah konferensi pers di Moskow.
Peskov juga menyampaikan kesulitan dalam menemukan jalan keluar dari konflik, karena upaya perdamaian saat ini seolah-olah didominasi oleh Amerika Serikat tanpa banyak hasil yang signifikan.
Serangan Israel yang terjadi baru-baru ini merupakan bagian dari konflik yang lebih luas, dimulai setelah serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina, Hamas, pada Oktober 2024 lalu.
Sejak itu, lebih dari 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas dalam perang yang berkepanjangan. Israel kini meningkatkan serangan mereka terhadap Lebanon, meskipun masyarakat internasional telah memperingatkan risiko penyebaran konflik lebih jauh.
Di tengah ketegangan ini, Rusia juga memberikan saran kepada warganya yang berada di Lebanon untuk tidak bepergian ke sana dan bagi mereka yang sudah berada di sana agar selalu waspada dan mengikuti petunjuk dari otoritas setempat demi keselamatan.
Warga yang ingin meninggalkan Lebanon masih bisa menggunakan penerbangan komersial dari Bandara Internasional Beirut yang tetap beroperasi.