Israel-Hizbullah di Ambang Perang, Kanada Imbau Warganya Tinggalkan Lebanon
- Politico
Hamilton, VIVA – Konflik di timur tengah semakin memanas setelah Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Lebanon. Kondisi itu membuat Pemerintah Kanada mengeluarkan imbauan kepada warganya di Lebanon untuk "segera pulang" demi alasan keselamatan.
"Bagi warga Kanada dan yang telah menjadi penduduk tetap di Lebanon segera pulang," tulis Menteri Luar Negeri Melanie Joly di X, seraya memperingatkan yang lain untuk tidak merencanakan perjalanan ke Lebanon.
'Situasi keamanan di perbatasan Lebanon-Israel sangat tidak stabil dan dapat meningkat tanpa peringatan kapan saja," katanya.
Dia juga menyampaikan keprihatinan mendalam Kanada atas eskalasi antara Israel dengan Hizbullah, menekankan prioritasnya adalah melindungi warga sipil dari kedua pihak dan di seluruh kawasan.
Joly, yang mengatakan telah melakukan kontak dengan mitra Lebanon dan Israel, mendesak de-eskalasi segera di perbatasan kedua negara untuk mencegah bencana yang menghancurkan.
Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke Lebanon selatan dan timur, yang menurut otoritas kesehatan negara itu menewaskan sedikitnya 392 orang, termasuk 35 anak-anak dan melukai 1.645 lainnya dalam serangan sejak Senin pagi yang juga memaksa ribuan warga sipil meninggalkan rumah mereka.
Pasukan Israel mengintensifkan serangan mereka di Lebanon, mengabaikan peringatan masyarakat internasional bahwa mereka akan mengambil risiko menyebarkan konflik Gaza ke wilayah lain.
Serangan itu merupakan dampak dari ketegangan yang meningkat antara Hizbullah dan Israel setelah serangan udara mematikan minggu lalu yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dan melukai puluhan orang di pinggiran kota Beirut.
Hizbullah mengonfirmasi bahwa sedikitnya 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan tertinggi Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan udara Israel.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. (ANT)