Albania Ingin Bentuk Negara Islam Bektashi Mirip Vatikan
- Ist
Tirana, VIVA – Perdana Menteri Albania Edi Rama berencana mendirikan sebuah negara-kota berdaulat untuk kelompok Bektashi, sebuah tarekat Islam sufi Syiah, di ibu kota Tirana.
Rama bermaksud menjadikan negara mikro tersebut "seperti Vatikan" dan menyatakan tujuannya adalah untuk "memajukan Islam toleran yang dibanggakan Albania".
"Kami harus membina harta karun ini, yaitu toleransi beragama yang tidak boleh kita sia-siakan begitu saja," ucap Rama kepada harian Amerika Serikat The New York Times, sebagaimana dikonfirmasikan pejabat media PM Albania.
Negara mikro tersebut akan memiliki luas teritori seperempat dari wilayah Vatikan di tengah-tengah Roma, Italia, dan tak akan memiliki institusi-institusi yang biasa melekat di negara berdaulat, seperti tentara, penjagaan perbatasan, maupun pengadilan.
Rama mengisyaratkan pendirian negara tersebut akan secara resmi diumumkan dalam waktu dekat, meski implementasinya akan butuh waktu.
Ia mengakui bahwa rencana tersebut baru diketahui beberapa orang terdekatnya, sementara rekan-rekan sekutu NATO, termasuk AS, belum dikabari.
Menurut data sensus Albania terakhir pada 2023, populasi Muslim Bektashi negara tersebut mencapai 115 ribu jiwa dari populasi total negara tersebut sebesar 2,4 juta orang.
Siapa Muslim Bektashi?
Tarekat Bektashi dibawa guru sufi Bektash Veli dari Provinsi Khorasan di timur laut Iran. Dia beremigrasi ke Anatolia pada abad ke-13, di mana dia masih dihormati oleh kaum Alevi hingga saat ini.
Pada abad ke-15, ordo yang didirikan oleh Hajji Bektash Veli memperoleh pengaruh melalui kedekatannya dengan Janissari, pengawal Sultan di Istanbul, Turki.
Dengan perluasan Kekaisaran Ottoman ke Balkan, Bektashi pertama datang ke Albania dan Yunani sebagai pendeta Janissari Sunni. Tekke mereka di Albania selatan didokumentasikan dengan baik dalam catatan pengelana Turki, Evliya Celebi (1611-1685).
Tareka sufi Bektashi menekankan kesatuan seluruh keberadaan dan spiritualitas batin umat beriman.
Bentuk-bentuk eksternal dan kewajiban keagamaan bukanlah hal yang esensial bagi mereka. Sebab menurut penganutnya, siapapun yang dekat dengan Tuhan tidak bisa lepas dari-Nya, meski tidak mematuhi aturan agama, termasuk soal larangan minuman beralkohol.
Sikap ini menyebabkan praktik keagamaan Bektashi berbeda dengan praktik keagamaan kebanyakan umat Islam lainnya. Alih-alih salat lima waktu, mereka salat dua kali sehari, saat matahari terbit dan terbenam.
Pria dan perempuan berdoa bersama di tekke, yakni rumah doa mereka yang dipimpin oleh pemimpin spiritual yang disebut darwis.
Ada juga pertemuan doa di rumah-rumah pribadi. Para perempuan umumnya tidak memakai hijab. Musik dan tari memainkan peran penting.
Setiap tahun umat Bektashi bertemu untuk berziarah di Gunung Tomorr di selatan Albania, di mana mereka merayakannya bersama dalam berbagai festival rakyat dan pertemuan keluarga.
Mereka secara khusus telah jadi bagian dari Albania. Namun, minoritas kecil Bektashi juga bisa ditemui di Makedonia Utara, Montenegro, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Kosovo, dan Yunani.